Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Idealisme Berhadapan dengan Realitas Politik, Belajar dari Menteri Siti dan Susi

9 Agustus 2020   18:29 Diperbarui: 12 Agustus 2020   08:25 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto bersama Mbak Tutut yang diunggah di akun Twitternya saat bersama Susi Pudjiastuti (rakyatku.com).
Foto bersama Mbak Tutut yang diunggah di akun Twitternya saat bersama Susi Pudjiastuti (rakyatku.com).
Dalam pertemuan 14 Agustus 2018 di kediaman keluarga Cendana, Susi berswafoto dengan Mbak Tutut. Apakah pertemuan tersebut merupakan teknik melumpuhkan reputasi Susi atau bukan waLlahu 'alam. Yang jelas lepas dari pertemuan tersebut Susi diterpa rumor kedekatannya dengan Partai Berkarya.

Soal tafsir jejak kamera ini Menteri KLHK Siti juga bisa terpeleset secara sadar; atau dihubung-hubungkan. Momentum kebersamaan Siti dengan Gubernur Jambi Fachrori Umar dalam kampanye pilpres April 2019 adalah sesuatu yang wajar mengingat keduanya sesama warga Nasdem.

Akan tetapi di dalam politik, pertalian kepentingan bisa ditafsir atau dibumbui dengan adanya bukti-bukti tangkapan visual sebagai fakta keterhubungan.

Gubernur Jambi Fachrori Umar dan Menteri KLHK Siti Nurbaya (di tengah depan) dalam acara kampanye Pilpres 2019 di Jambi (majala.tempo.co).
Gubernur Jambi Fachrori Umar dan Menteri KLHK Siti Nurbaya (di tengah depan) dalam acara kampanye Pilpres 2019 di Jambi (majala.tempo.co).
Siti Nurbaya saat ini sedang dikejar-kejar; bukan oleh Datuk Maringgih atau Samsul Bahri, tetapi oleh wartawan. Menteri Siti dimintai keterangan penting seputar revisi izin jalan tambang yang membuka kepentingan konglomerat batubara Indonesia, Peter Sondakh.

Untuk memintas jalur memutar yang sempit dan jauh, armada truk batubara milik Peter perlu membuka jalan sepanjang 26 KM. Jalan tersebut harus menembus hutan restorasi yang dilindungi peraturan menteri sehingga  izin gubernur (Jambi) tidak bisa melangkahinya. Hutan restorasi tersebut adalah Hutan Harapan yang dilindungi untuk memulihkan ekosistem.

Apa daya, dugaan adanya lobi politik tingkat Jakarta berhasil membuka jalan tambang itu. Menteri Siti merevisi larangan pembukaan jalan di hutan restorasi dan tak lama kemudian izin gubernur terbit. Truk batubara Peter Sondakh pun bisa lewat melintasi jalur selebar 60 meter yang lebih singkat,  jika sudah selesai dibuat.

Hal itulah yang menjadi bahan investigasi Tempo saat ini dan telah menjadi keprihatinan pihak akademisi. Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Jambi, Dr. Forst Bambang Irawan, menyatakan pembukaan jalan tersebut dapat merusak ekosistem hutan yang sedang dalam tahap pemulihan. Di dalamnya terdapat ratusan flora dan fauna dilindungi yang masih rentan kelestariannya.

Dr. Forst Bambang Irawan (wartaekonomi.co.id, 12/1/2018):

"Sebaiknya pembangunan jalan yang melewati kawasan hutan dihindari karena melihat kondisi dan kemampuan penegakan hukum terkait dengan illegal logging dan perambahan kawasan hutan yang masih sangat lemah."

Demikianlah sekelumit cerita tentang betapa sukarnya mengelola idealisme dan kepentingan politik bersama-sama. Semulia apa pun gagasan untuk mengedepankan hajat hidup orang banyak pada akhirnya harus berkompromi dengan kepentingan-kepentingan praktis di lapangan. Andai nasib tak ada untung, jabatan yang ada di tangan bisa melayang.

Bagaimana nasib lobster dan Hutan Harapan nanti, keputusan istana di Jakarta yang akan menentukan. To be or not to be, que sera sera.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun