Di samping kesamaan di atas, Siti dan Susi juga mencatat sejumlah perbedaan. Beberapa di antaranya tampak mempengaruhi karier mereka sebagai pejabat publik.
Dalam urusan pendidikan formal Menteri Siti relatif tertib, sedangkan Susi lebih banyak menempuh jalur offroad.
Pendidikan Siti relatif lancar dari SD hingga S3, sedangkan Susi sempat tersendat di SMA. Namun demikian bukan berarti kemampuan Susi perlu diragukan. Kecerdasannya sebagai birokrat jauh di atas rata-rata kebanyakan pejabat, apalagi kemampuan bahasa asingnya. Tercatat menteri asal pesisir Pangandaran tersebut pernah didapuk memberikan kuliah umum di Harvard University tahun 2018 lalu.
Selain soal akademis, style Siti dan Susi dalam penampilan juga berbeda. Siti cenderung tampak sebagai akademisi atau orang rumahan, sedangkan Susi lebih berani mengeksplorasi gaya. Kadang tampil feminin dengan kebaya dan sering pula ia tampil gahar; baik di laut  maupun di darat.
Yang tampak signifikan dalam menentukan keterpilihan Siti dan Susi dalam formasi kabinet Jokowi II adalah soal afiliasi kepartaian.
Sebagai sosok nonpartai, Susi lebih independen tanpa tekanan dalam merumuskan kebijakan atau pengambilan keputusan. Tanpa plafon partai di atas kepalanya, Susi bebas menginterpretasikan mandat Jokowi sesuai idealismenya. Tidak ada figur ketua umum partai yang dapat mengerem Susi, tetapi hal itu berarti  juga tidak ada perlindungan politis yang menopang eksistensinya di istana.
Berbeda dengan Susi, Menteri Siti adalah kader Nasdem yang cukup diperhitungkan ketua umumnya yaitu Surya Paloh.
Dalam dua kali penentuan formasi kabinet, hampir yakin jika Siti tidak ambil pusing dengan urusan jabatan. Akan tetapi hal itu tidak berarti posisinya lemah; mekanisme partai melindunginya dari berbagai konflik kepentingan pada masa-masa pencalonan.
Sebagai anggota koalisi petahana, Ketum Nasdem Surya Paloh sudah barang tentu tidak akan membiarkan jatah partainya menguap begitu saja. Dan itu berarti posisi menteri bagi Siti tanpa harus bersusah payah.
Kasus benih lobster mengangkat Susi lagi
Selepas Susi lengser, KKP yang dikendalikan Edhy Prabowo menghadapi sentimen negatif atas kebijakan-kebijakan yang diambilnya.