Kembali  ke soal cawapres.
Dan, setelah akhirnya Bapak memilih Pak Ma'ruf  sebagai pendamping, saya tetap dukung. Saya percaya pasti ada alasan di balik itu.
Soal strategi Pak Jokowi memang jagonya dan tidak semua harus diungkapkan kok. Tapi mengenai pembenahan hukum, saat ini menurut saya penting untuk diprioritaskan. Siapapun wapresnya.
Tentang Pak Ma'ruf sendiri belakangan saya gali info-infonya, ternyata sadis juga prestasi beliau.
Saya sungguh berharap gagasan Marufnomics betul-betul dapat terealisasikan. Prospektif. Mengangkat angka pertumbuhan ekonomi kita yang bertahun-tahun berkutat  di angka 5.
Tidak usahlah muluk-muluk sampai dua digit. Kisaran 9 % saya pikir sudah sangat baik. Dulu ortu senang kalau di sekolah saya dapat nilai 9, apalagi kalo 10. Langsung dibeliin sepeda.
Demikian soal penegakkan hukum di negara kita.
Kemudian yang kedua, soal  UU KPK.
Keputusan Pak Jokowi  menyetujui RUU KPK sukses mengiris opini Indonesia jadi 5 bagian.
Pro Jokowi dan UU KPK; pro Jokowi tapi anti  UU KPK; anti Jokowi tapi pro UU KPK; anti Jokowi dan sekaligus anti UU KPK; yang terakhir golput. Seterah. Blessing in disguise, hal itu membantu menetralkan polarisasi setelah pemilu.
Di sisi Bapak ada Pak Johan Budi dan Pak Antasari Azhar; orang KPK juga dulunya. Orang dalam.