Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadilah Pribadi yang Berani: Akui, Terima, dan Perbaiki Kesalahan

25 Mei 2024   08:49 Diperbarui: 25 Mei 2024   08:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberanian mengakui, menerima & memperbaiki kesalahan itu seperti padi yang semakin berisi, semakin merunduk dalam ketawadhuan. | Foto: zojirushi.com

"Keberanian mengakui, menerima, dan memperbaiki kesalahan adalah seperti padi yang makin berisi, makin merunduk dalam ketawadhuan."

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, kekeliruan, khilaf dan dosa. Tapi, saat menyadari bersalah, khilaf atau keliru, ia harus berani mengakui, menerima dan menyesali lalu berjanji untuk memperbaiki kesalahan.

Orang yang tidak mau mengakui kesalahan, apalagi sampai menyalahkan orang lain, berdalih dan merasionalisasi demi pembenaran diri dengan cara yang sombong dan angkuh, maka orang yang demikian adalah pengecut dan munafik.

Bila sudah mengambil sikap seperti itu, maka sebenarnya ia telah membuang-buang waktu dan energi yang tidak perlu. Gengsi, ego atau karakter kemunafikannya yang tidak akan memberikan manfaat apa pun bagi dirinya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Apabila dikatakan kepada mereka: "patuhilah kepada apa yang telah diturunkan Allah dan kepada Rasul." Pasti kamu (Muhammad) melihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya untuk mendekatimu." (QS. An-Nisa' 4 : 61).

Jadikanlah setiap kesempatan yang bila kita temukan kesalahan, kekeliruan atau khilaf pada diri kita, segeralah mengakuinya. Formulanya sederhana: Akui - Terima - Perbaiki. Itulah formula terbaik kerendahhatian atau ketawadhuan.

Tawadhu adalah engkau tunduk akan kebenaran, & menaatinya dari siapa pun kebenaran kita dapatkan. Walaupun kebenaran dari orang yang paling bodoh sekalipun kita harus menerimanya.

Jangan melihat siapa yang menyampaikan, namun apa yang disampaikan dan kebenaran apa yang ia sampaikan. Jangan menyangkal fakta dan kebenaran dengan angkuh dan sombong.

Orang yang sombong itu "menganggap dirinya" lebih baik, lebih tinggi dan mulia daripada orang lain. Akibatnya, dia merasa "lebih" senang, bangga, dan cenderung kepada pendapat yang dia yakini.

Tanda orang yang ikhlas adalah apabila diingatkan kesalahannya maka dia tidak merasa panas hatinya, dan tidak ngeyel. Juga tidak mencari pembenaran, merasionalisasi, minta bukti lain. Justru dia mengakui Kesalahannya, menerima kekeliruannya, dan berjanji akan memperbaikinya. Ia malah dengan jiwa satria mengucapkan terimakasih kepada yang mengingatkannya, dan bahkan mendo'akannya : "Semoga Allah merahmati orang yang mengingatkan kesalahanku dan kekeliruanku"

Pentingnya Mengakui, Menerima, dan Memperbaiki Kesalahan

Dalam kehidupan ini, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Baik itu kesalahan kecil maupun besar, disengaja maupun tidak disengaja.

Mengakui kesalahan, menerima konsekuensinya, dan berkomitmen untuk memperbaikinya adalah tanda kedewasaan dan kerendahhatian.

Sebagai umat Muslim, hal ini tidak hanya penting untuk hubungan antar sesama manusia, tetapi juga merupakan perintah Allah SWT yang harus kita taati.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Apabila dikatakan kepada mereka: 'patuhilah kepada apa yang telah diturunkan Allah dan kepada Rasul.' Pasti kamu (Muhammad) melihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya untuk mendekatimu." (QS. An-Nisa' 4: 61).

Mengakui Kesalahan: Tanda Kekuatan Batin

Mengakui kesalahan adalah langkah pertama menuju perbaikan diri. Ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan batin yang luar biasa. Tak semua orang mampu melakukan ujian keegoisan diri ini.

Celakanya, dalam banyak kesempatan, ego kita sering menghalangi untuk mengakui kesalahan. Namun, apabila kita berani untuk jujur pada diri sendiri dan orang lain, kita telah menunjukkan sikap tawadhu yang sesungguhnya.

Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa orang yang bertawadhu adalah orang yang tunduk akan kebenaran dan menaatinya dari siapapun kebenaran itu datang.

Menerima Kesalahan: Proses Penyembuhan Diri

Menerima kesalahan berarti kita tidak hanya mengakui kesalahan tersebut, tetapi juga memahami dampaknya terhadap diri kita dan orang lain. Sikap ini memerlukan kerendahhatian dan keberanian untuk melihat kelemahan kita sebagai manusia.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 286, Allah SWT berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan ukuran kesanggupannya." Ini menunjukkan bahwa setiap tantangan, termasuk menerima kesalahan, adalah sesuatu yang mampu kita hadapi dengan izin-Nya.

Karena itu, berdoalah kepada Allah agar Allah mengkaruniai kita dengan kebaikan, kerendahhatian, ketawadhuan, dan kebajikan dalam menghadapi masalah, ujian dan tantangan hidup ini.

Memperbaiki Kesalahan: Tindakan Nyata untuk Perubahan

Langkah terakhir dan paling penting adalah memperbaiki kesalahan. Ini bukan hanya tentang meminta maaf, tetapi juga mengambil tindakan nyata untuk memastikan kesalahan yang sama tidak terulang.

Nabi Muhammad SAW mengajarkan, "Seorang mukmin tidak akan terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali." Oleh karena itu, kita harus berusaha keras untuk belajar dari kesalahan dan mengubah perilaku kita sesuai dengan ajaran Islam.

Hikmah Tawadhu dalam Menerima Nasihat

Sikap tawadhu tidak hanya membuat kita lebih mudah menerima kebenaran dari siapa pun, tetapi juga membuka pintu bagi kita untuk terus belajar dan berkembang.

Belajar untuk senantiasa berpikir dan berjiwa besar, dan penuh ketawahuan.

Jangan melihat siapa yang menyampaikan, namun perhatikan apa yang disampaikan. Bahkan jika kebenaran itu datang dari orang yang paling bodoh sekalipun, kita harus menerimanya dengan rasa syukur dan hati terbuka.

Sikap sombong yang menganggap diri lebih baik hanya akan menjauhkan kita dari kebenaran dan hidayah Allah SWT.

Kesimpulan: Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Mengakui, menerima, dan memperbaiki kesalahan adalah proses yang harus kita jalani untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ini adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT dan cara kita menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Dengan formula sederhana ini: Akui - Terima - Perbaiki, kita dapat mencapai kedewasaan spiritual dan sosial.

Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk selalu rendah hati, berani mengakui kesalahan, dan terus berupaya memperbaikinya.

Jika ada orang yang mengingatkan kesalahan, kekeliruan dan kekhilafan kita, syukurilah sepenuhnya. Itu rezeki dan kebaikan yang Allah berikan agar kita bisa lebih baik lagi. Lalu, doakan orang tersebut: "Semoga Allah merahmati orang yang mengingatkan kesalahanku dan kekeliruanku."

Marilah kita semua menjadikan setiap kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, dan semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita.

Aamiin ya Allah ya robbal alamin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun