Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menciptakan Renewal: Transformasi Menuju Gaya Hidup Baru

22 Maret 2024   11:28 Diperbarui: 25 Maret 2024   07:34 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian oleh Latham dan Locke (2019) menunjukkan bahwa penetapan tujuan yang spesifik dan menantang, serta pembuatan rencana tindakan yang terinci, dapat meningkatkan kinerja individu dalam mencapai tujuan mereka. 

Perencanaan yang efektif dalam memicu dan memacu proses perubahan adalah yang spesifik, realistis, fleksibel, berorientasi-waktu, mendapat dukungan, dan evaluatif (evaluasi dan refleksi atas kemajuan, mengidentifikasi hambatan, dan membuat penyesuaian).

5. Kebiasaan 

Rencana hanya akan berhasil jika diikuti dengan tindakan yang konsisten. Inilah mengapa pembentukan kebiasaan (habbits) yang positif sangat penting dalam proses perubahan. Sebagai contoh, seseorang yang ingin meningkatkan kesehatannya membentuk kebiasaan untuk berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan sehat setiap hari.

Penelitian oleh Wood dan koleganya (2019) dalam jurnal Annual Review of Psychology menunjukkan bahwa membentuk kebiasaan baru membutuhkan waktu dan ketekunan, tetapi dapat membantu menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam perilaku individu. Dengan melakukan tindakan-tindakan kecil secara konsisten, kita membentuk pola perilaku baru yang mendukung perubahan yang kita inginkan.

Charles Duhigg dalam bukunya "The Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business" bahkan menegaskan, "Jika Anda bisa mengubah kebiasaan Anda, Anda bisa mengubah hidup Anda.". Dengan kata lain, kekuatan perubahan dapat dicapai melalui perubahan kebiasaan.

Kebiasaan yang dapat membantu memicu dan memacu proses perubahan adalah kebiasaan yang konsisten, terfokus pada tujuan, adaptif, memberikan penguatan positif, didukung oleh lingkungan sosial, dan melibatkan refleksi secara teratur.

6. Komitmen 

Kebiasaan yang baik terlahir dari niat, dan tidak akan terbentuk tanpa komitmen yang kuat. Komitmen ini menciptakan tekad yang diperlukan untuk tetap konsisten selama proses perubahan. Sebagai contoh, seseorang yang berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai memutuskan untuk membawa tas belanja sendiri ke supermarket dan menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang.

Penelitian oleh Cialdini dan koleganya (2016) dalam buku mereka "Influence: Science and Practice" menunjukkan bahwa membuat komitmen publik dapat meningkatkan konsistensi dalam perilaku individu, dan memperkuat niat mereka untuk melakukan perubahan. Komitmen merupakan janji kepada diri sendiri untuk terus maju, bahkan ketika tantangan menghadang.

Sebagaimana dinyatakan oleh Stephen R. Covey dalam bukunya "The 7 Habits of Highly Effective People", interdependensi memiliki nilai yang lebih besar daripada independensi. Kita tidak bertujuan untuk menjadi individu yang mandiri secara eksklusif, tetapi untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun