Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Budaya Anti-Korupsi dalam Perspektif Manajemen Risiko

13 Januari 2023   21:11 Diperbarui: 13 Januari 2023   21:22 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kosupsi | Image : pixabay.com

Selain kendala-kendala diatas, ada sejumlah faktor yang menghambat dalam upaya membangun budaya anti korupsi di Indonesia. Antara lain:

1. Faktor budaya, pola atau gaya hidup konsumtif serta hedonisme, turut berpengaruh pada perilaku korupsi. Selain itu, seolah kini masyarakat seakan sudah toleran terhadap tindakan korupsi, sehingga sulit untuk membangun budaya anti korupsi.

2. Faktor sosial. Banyak masyarakat yang masih merasa tidak adil terhadap tindakan hukum yang diterima oleh pelaku korupsi, sehingga sulit untuk membangun rasa keadilan dalam masyarakat.

3. Faktor ekonomi. Banyak masyarakat yang masih berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, sehingga merasa perlu untuk melakukan tindakan korupsi demi memperoleh kemudahan-kemudahan atau keuntungan finansial.

4. Faktor politik. Banyak pelaku korupsi yang merasa terlindungi oleh kekuasaan politik yang dimilikinya, sehingga sulit untuk memberikan sanksi yang tegas terhadap tindakan korupsi.

5. Faktor birokrasi yang rumit. Banyak masyarakat yang merasa putus asa dengan kendala-kendala birokrasi yang rumit, sehingga merasa perlu untuk melakukan tindakan korupsi demi memperoleh kemudahan-kemudahan.

6. Faktor kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga integritas dan menghindari tindakan korupsi bagi keberlangsungan hidup bersama.

7. Faktor kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara-cara untuk melaporkan tindakan korupsi. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui cara-cara yang tepat untuk melaporkan tindakan korupsi yang terjadi, sehingga tindakan korupsi tersebut tidak dapat terdeteksi dan ditangani secara efektif.

8. Faktor kurangnya koordinasi antarinstitusi pemerintah. Banyak instansi pemerintah yang masih tidak koordinatif dalam menangani tindakan korupsi, sehingga tindakan korupsi tersebut tidak dapat terdeteksi dan ditangani secara efektif.

9. Faktor kurangnya keberanian masyarakat untuk melaporkan tindakan korupsi. Banyak masyarakat yang masih takut untuk melaporkan tindakan korupsi yang terjadi, karena takut akan reprisal atau balasan dari pelaku korupsi.

10. Faktor kurangnya dukungan dari seluruh pihak. Banyak pihak yang masih berpandangan bahwa tindakan korupsi merupakan hal yang biasa dan tidak terlalu penting untuk diantisipasi, sehingga sulit untuk membangun budaya anti korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun