Setahun lalu saya dibuat kaget, mendengar kabar suami istri ( di cerita di awal tulisan) berhasil mengantar anaknya wisuda. Tampak di foto dikirim (via WA), si anak memakai baju toga diapit ayah dan ibunya. Saya melihat rona bahagia, jelas terpancar dari wajah ketiganya.
Pasangan suami istri membuka warung di pasar di kampung, di depan rumah berjualan kelapa muda. Langganannya banyak, karena gula dipakai gula murni. Konon tidak pelit membungkus, air kelapa dikasih dengan berlebih.
Sewaktu pulang kampung, saya melihat sendiri antrean pembeli yang siap-siap berbuka puasa. Sungguh saya turut senang, melihat pencapain keluarga kecil ini.
Ya, perjuangan sesungguhnya, adalah siapa yang tahan bersabar. Sesungguhnya manusia lahir ke dunia, tidak memiliki atau membawa apa-apa. Kemudian menjalankan hari demi hari, menyediakan diri berproses di tengah kehidupan.
Nasehat ibu saya, bahwa modal orang hidup adalah sabar. Karena orang sabar, adalah orang yang tahan dan tekun menjalani proses kehidupan. Seharusnya kesabaran tak bertepi, karena sabar berbatas cakrawala.
Yang membatasi sabar adalah ego, masing-masing orang tidak sama batasnya. Semakin ego itu terkikis, maka jatah kesabaran akan bertambah. Karena perjuangan sesungguhnya adalah siapa yang tahan bersabar.- semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H