Saya persembahkan doa tulus, semoga yang sakit segera diangkat penyakitnya, yang menjaga juga dilimpahi kesabaran berlebih.
Yang sakit dan yang mengurusi, dua-duanya sedang diuji dan musti saling menguatkan. Saya meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia, untuk setiap peristiwa terhampar di semesta.
Saya merasakan bagaimana capek fisik dan pikiran, mengurus orang sakit. Pengalaman itu, saya tuliskan di "Â Tidak Hanya yang Sakit , Saat Mendampingi Juga Harus Sehat"
Kerepotan, keribetan, kelelahan, dan segala jungkir balik mengurus orang sakit itu berlangsung sekira sepekan.
Tahapan demi tahapan dari sehat ke sakit terasa smoth. Di masa sakit sedang berlangsung, emosi seperti diaduk termasuk timbul rasa cemas.
Kemudian setelah melewati fase berat, setelahnya berangsur membaik. Ada rasa lega, syukur dan suka cita menyelimuti benak.
Sudut pandang ini berbalik 180 derajat, tentang memaknai nikmat sehat, memahami suka cita dan padangan orang lain, Â serta mudah berempati kepada sesama.
Betapa sejatinya rasa sakit, mengantarkan hikmah tak terperi.
Cara  Saya Mengatasi Kecemasan  Saat Merawat Orang Sakit
Seumur- umur baru  sekali saya merasakan, bangun tidur di pagi hari badan langsung terasa capek. Pikiran tidak tenang, semua urusan dan tanggung jawab (seolah) saya pikul sendirian.
Lelah fisik dan pikiran menjadi satu, rasa cemas timbul tenggelam membuat kawatir dengan diri sendiri. Kawatir tumbang, tidak bisa mengurusi yang sedang sakit.
Tetapi semesta selalu memiliki cara, dalam moment ritual ibadah kekuatan dan rasa optimis itu bertumbuh. Â Kecemasan bisa dihalau secara berangsur, saya seperti mendapatkan energi baru.