Dari duapuluh empat jam waktu dalam sehari, lebih banyak hal mana yang kita pergunakan untuk berkegiatan.
Hal produktif atau hal sia-sia menjadi pilihan, sepenuhnya terpulang pada diri sendiri, sepenuhnya tergantung dari keputusan pribadi.
Dan saya termasuk ayah yang kerap kesal. Ketika mendapati anak-anak, lebih banyak bermain game (melalui handphone) dibanding belajarnya.
Saya langsung mengomel dan tidak peduli reaksi sebel anak. Terutama kalau mereka ketahuan, lebih sering menekuri handphone dan konsentrasi dengan permainannya.
"Udah, tadi kakak baca sepuluh lembar"
"Tadi udah belajar"
"Udah tadi udah ngaji"
Kalimat pembelaan terlontar, ketika si ayah bertanya apa saja seharian dilakukan.
"Masalahnya adalah, ngaji sama main gamenya banyakan mana" sangkal si ayah.
Seandainya Diberi Keringanan atau Korting
Terlepas dari konflik umum orangtua dan anak. Satu hal patut kita cermati bersama, bahwa kebutuhan akan kuota menjadi bertambah-tambah.
Kalau biasanya (saya memakai pra bayar), cukup mengisi sekali sebulan. Pengalaman baru saya alami, adalah mengisi lebih dari sekali untuk waktu yang sama.