"Itu yang kerja di Pabrik kain di Solo"
Dialog ini saya dengar, ketika satu penghuni pasar lama tidak muncul. Tak berhenti pada percakapan saja, action segera dilakukan oleh ibu.
"Nduk, sini tak bilangin" panggil ibu pada tukang angkut barang
"Nopo to bu"
"Nanti, selesai pasar kamu ke rumahku yo, bantuin ndeplok kopi, buat yu Nah"
"Enggih bu, jam tiga-an nggih" kesepakatan terjadi
Tak hanya saat penghuni pasar bersuka cita, ibu dan pedagang lain membantu saat ada penghuni pasar atau pelanggan ada yang kesusahan. Sekilo gula, kopi atau minyak goreng dititipkan, sebagai bentuk empati sekaligus penghiburan.
-0o0o0-
Tentu suasana dan atmosfir yang ditawarkan sangat jauh berbeda, dengan suasana pasar rakyat yang dulu kerap saya datangi. Pada pasar modern, cenderung minim interaksi antar penjual dan pembeli. Hubungan yang terjadi dominan pada transaksi jual beli, hanya mengedepankan untung dan rugi semanta.
Semantara pada pasar rakyat, yang berlangsung lebih tidak sekedar transaksi jual beli demi menengguk keuntungan semata. Ada nilai-nilai kemanusiaan, yang dihantarkan pada hubungan sesama manusia bukan antar pedagang dan pembeli.