Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Perlu Hari Pasar Rakyat Nasional?

4 Januari 2017   14:19 Diperbarui: 4 Januari 2017   14:26 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu yang kerja di Pabrik kain di Solo"

Dialog ini saya dengar, ketika satu penghuni pasar lama tidak muncul. Tak berhenti pada percakapan saja, action segera dilakukan oleh ibu.

"Nduk, sini tak bilangin" panggil ibu pada tukang angkut barang

"Nopo to bu"

"Nanti, selesai pasar kamu ke rumahku yo, bantuin ndeplok kopi, buat yu Nah"

"Enggih bu, jam tiga-an nggih" kesepakatan terjadi

Tak hanya saat penghuni pasar bersuka cita, ibu dan pedagang lain membantu saat ada penghuni pasar atau pelanggan ada yang kesusahan. Sekilo gula, kopi atau minyak goreng dititipkan, sebagai bentuk empati sekaligus penghiburan.

-0o0o0-

Suasana sebuah Mall -dokpri
Suasana sebuah Mall -dokpri
Kini setelah kampung halaman saya tinggalkan, hidup di kota membuat saya relatif jarang pergi ke pasar rakyat. Pilihan Mini market, Pasar Modern atau bahkan Mall, dengan mudah dijumpai di mana-mana.

Tentu suasana dan atmosfir yang ditawarkan sangat jauh berbeda, dengan suasana pasar rakyat yang dulu kerap saya datangi. Pada pasar modern, cenderung minim interaksi antar penjual dan pembeli. Hubungan yang terjadi dominan pada transaksi jual beli, hanya mengedepankan untung dan rugi semanta.

Semantara pada pasar rakyat, yang berlangsung lebih tidak sekedar transaksi jual beli demi menengguk keuntungan semata. Ada nilai-nilai kemanusiaan, yang dihantarkan pada hubungan sesama manusia bukan antar pedagang dan pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun