Membangun Komunikasi Saat Antar Anak ke Sekolah

Justru kalau memungkinkan, orang tua tidak mengkhususkan di hari pertama saja. Apabila dirasa berdampak baik, kenapa tidak dilanjutkan pada hari kedua ketiga dan selanjutnya. 

Mengantar sekolah masih saya lakukan, saat ini anak kedua sudah TK -dokpri

Saya adalah ayah, yang mengenal nama sahabat dan teman menyebalkan di mata anak saya. Saya juga ayah, yang tahu kebiasaan sahabat anak baik yang disuka dan tidak disukai anak saya. Saya mengenal guru wali di kelas anak, juga kenal dengan nama guru olah raga atau kakak pembina Pramuka.

Eh saya juga tahu, primadona yang diincer teman sekelas.

"Kalau kakak, siapa idola di sekolah?" ledek saya menyungging senyum

"Kakak pengin fokus sekolah, nanti kalau besar penginnya langsung menikah gak usah pacaran" jawabnya diplomatis.

Begitulah beberapa cuplik dialog, tanpa sadar mengantar kami sampai di depan gerbang sekolah. Sembari mencium tangan dan hendak berpisah, saya selipkan doa dengan suara yang terdengar anak.

"Semoga anakku menjadi anak soleh, sehat dan cerdas" begitu asa kerap saya hembuskan

Sejenak kemudian, biasanya ada teman yang menghampiri.  "Hallo Bagas" sapa saya ketika sobat ini mendekati kami

Yup, Saya ayah yang ikut mengakrabi karib anak saya. Pun saya ayah, yang mencoba meluruskan pandangan anak yang kurang tepat terhadap suatu keadaan.

"Mungkin Toriq sedang kesal, jadi gak balas salam kamu" saya mencoba meluruskan situasi.

Anak-anak sedang ada acara bersama -dokpri

Mengantar anak ke sekolah di pagi hari, bisa sebagai sarana membangun mood baik. Konon mood dalam sehari, bisa dipengaruhi  oleh mood yang dibangun sedari pagi. Ketika pagi hari diisi keceriaan, niscaya mempengaruhi aktivitas seharian.