Saya biasa mengganti popok lho, ikut repot mengalihkan perhatian ketika anak disapih ASI. -#BukanPamerYa hehe-
Sungguh saya nikmati proses dan kedekatan itu, pun sulung yang kelas lima mengingatnya. Masih  ingat satu kejadian, anak-anak tidak tidur menunggu saya ayahnya pulang lembur.
Masa itu berakhir juga
Sampai usia Sulung menjelang delapan tahun, bebarengan kenaikan kelas dua Sekolah Dasar. Mulailah lelaki kecil ini, perlahan tapi pasti punya dunia sendiri. Jarak itu mulai terasa, anak lebih senang bermain dengan sebaya dari pada dengan saya ayahnya.
Anak mulai malu dicium, atau digandeng ketika jalan beriringan. Beberapa keperluan yang melibatkan anak, saya bersusah payah merayu untuk diajak.
"kakak sudah besar, gak harus selalu bersama ayah" protesnya suatu ketika
Tapi sepenuhnya saya menyadari, bahwa roda masa terus berderap berputar. Anak sudah mulai besar, harus didukung menentukan pilihan sendiri. Toh saya tetap bisa mengekspresikan rasa sayang, tentu dengan cara berbeda.
![Mengantar sekolah sudah saya mmulai saat sulung kelas TK (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/21/2-sekolah-578ffcf6347b61330579f3be.jpg?t=o&v=555)
Saya beruntung lho, punya waktu khusus hanya saya dan anak lanang yang menikmati.
Sejak masuk Taman Kanak hingga kini jelang kelas lima, rutinitas pagi berdua itu belum juga pudar. Â Adalah -mengantar sekolah-, sulung bersama saya dan adiknya diantar ibunya.
Kesempatan emas tak disia-siakan. Waktu  tempuh sekitar duapuluh menit dari rumah ke sekolah, terasa begitu sangat berharga demi membangun kedekatan. Tak pernah saya biarkan, waktu mengantar ke sekolah berlalu begitu saja. Saya banyak bertanya, tentang apa yang terjadi di sekolah baik dengan guru atau teman sekelas.