"Hah, buang hajat disemak-semak" batin saya membrontak
Untuk menyenangkan hati ibu, saya menuruti saja menuju semak. Padahal hasrat ke toilet lenyap, saat  ada perasaan tidak enak diperjalanan tadi. (Memang adapatasi itu pedih, hehehe)
Bahagia Itu sederhana
Sesederhana pelukan hangat mama-mama, ketika melihat kami datang untuk memberikan pelayanan di kampung.
Hati ini berguncang hebat, menemukan jiwa bersahaja diliputi ketulusan itu. Kerap ketika hendak kembali ke barak, sekarung durian atau buah lain dipersiapkan untuk dibawa pulang. Kami terima penuh suka cita, terlebih melihat pancaran wajah ikhlas itu.
Tapi masalah baru muncul, yaitu kesulitan membawa beban yang tidak ringan ini. Alhasil setelah berjalan agak menjauh dari kampung, kami makan durian di pinggir hutan.
"Nes, makannya jangan banyak-banyak" celetuk satu teman "biar tak ke toilet semak-semak lagi" tawa kami meledak
Setelah mengenal lebih dalam, perilaku masyarakat setempat sopan dan ramah. Sikap inilah yang membuat kami nyaman, terlebih saat rindu keluarga sedang memuncak. Keberadaan mama-mama dan bapa-bapa, bisa menggantikan orang tua kami di rumah. Budaya mengadopsi anak berlangsung, sehingga kekerabatan mereka kuat dan menjadi keluarga besar.
Anak-anak  generasi harapan bangsa semakin akrab, sering kami ajak bermain games, berjoged dan bernyanyi bersama.  Hal ini sesungguhnya sebagai cara menghilangkan stress, sekaligus mengalihkan rasa jemu dan bosan.