Dokter itu tersenyum menatap Niko sedih. Air matanya mulai menetes membasahi pipi. Perasaan haru menyelimuti keadaannya saat itu. Nikopun demikian, ia sudah bisa mengikhlaskan kepergian ayahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!