"Terpenting, jika kamu sudah mengenalnya kamu siap menerima resikonya"
      "Waktu tidak akan mengkhianatimu kok, dia akan berjalan sesuai takdir" lanjutnya
      Aku ingin cepat berganti topik, karena topik ini sedikit membuatku terpukul dan keluh!
      "Tenang, tidak usah dikhawatirkan" ucapnya sambil mengunyah makanan
      "Aku tahu, beberapa lama lagi kamu akan membuka hatimu. Tapi, jangan terlalu lebar"
      Aku ingin dia berhenti membahas itu, tapi aku penasaran setiap kalimat yang keluar.
      Lama sekali aku menunggu kalimatnya keluar namun, ia memilih untuk bergegas menghabiskan makanan, Ketika kami sedang menikmati sarapan pagi, datang remaja perempuan seusiaku ke rumah sahabatku ini. Dia datang dengan membawa beberapa sayuran dikeranjang belanjanya. Aku baru melihat dia kali ini.
      "Dia pembantu yang ibu suruh untuk mengatur rumah dikala siang hingga sore." Ujar sahabatku. Aku mengangguk, namun ada rasa heran dikepalaku. Mengapa pekerjaan seperti ini yang ia ambil? Memang, pekerjaan ini tidak menyimpang dari norma namun? Remaja itu menuju dapur dan berganti ke kamar sahabatku, menata ranjang dan semua hal yang perlu dibereskan. Aku heran, padahal sahabatku ini bisa mengatur rumahnya sendiri mengapa sang ibu menugaskan orang lain?
      "Ibuku bilang aku hanya mengatur komunitas, organisasi seakan aku ini aktivis yang sibuk tanpa memerhatikan rumahku sendiri" ujar sahabatku seolah dia tahu pikirkanku.
      "Dia punya cita-cita ingin kuliah seperti kita. Tapi, kondisi ekonomi. Dia memiliki harapan bahwa hal itu akan indah pada waktunya. Sungguh, ternyata masih ada seseorang seperti ku yang berharap dengan waktu" ujar sahabatku.
      Aku terdiam, mencari kata terbaik untuk menjawabnya.