"Sepi yaa?" Ujarku
      "Mereka berdua pergi pagi buta dan pulang larut malam. Hanya bisnis yang ada pikiran mereka" jawabnya sambil menggoreng nasi menu andalannya pagi ini. Aroma bumbunya menyengat hingga tulang rusuk, tidak sabar untuk menyantapnya.
      "Tak ada waktu untuk kami saling bercengkrama layaknya keluarga cemara"
      "Itu sebabnya kamu selalu datang kerumahku dan berbincang dengan ibuku?" sahutku
      Dia berhenti memasak, menoleh kearahku dan melemparkan senyum pertanda jawaban.
      Tak lama kemudian, dia membawakan sepiring nasi goreng dengan tatanan sayuran menambah cantik hiasannya. Aku tidak sabar mencicipinya. Dia kali ini sibuk menyiapkan minuman energy untuk pagi ini. Dia pantas menjadi calon peserta lomba memasak di televisi, aku akan menjadi pendukung pertamanya. Kini meja makan terisi penuh dengan menu sarapan pagi, akan penuh lagi jika kami berbincang menyoal percintaan. Bukan, aku sedang tidak mau membahas itu. Tetapi jika dia memaksaku, apa yang harus ku perbuat.
      "Dia sudah menghubungimu belum?" tanyanya
      "Belum." Jawabku singkat
      "Yasudah tunggu saja, ini masalah waktu. Mungkin saja, kamu adalah orang kesekian"
      Aku tersentak.
      "Maksudmu? Dia tidak sebaik apa yang aku pikirkan?"