Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Itu Bukan untuk Bergaya, tapi untuk Bermakna

30 September 2019   07:29 Diperbarui: 1 Oktober 2019   09:29 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padalah semua itu pada akhirnya tidak pernah kita bawa untuk selama-lamanya. Mereka yang meninggal dunia yang membawa sepotong kain kafan yang dipakaikan pada dirinya. Lalu buat apa kita terus mengeluh bahwa hidup itu mahal sedangkan kita sebenarnya sudah cukup mampu untuk hidup?

Apakah hal ini lantas tidak membolehkan kita untuk berangan memiliki sesuatu dimasa yang akan datang? Tidak bolehkah kita berangan memiliki tempat tinggal pribadi? Tidak bolehkah kita berharap memiliki baju baru? 

Terlarangkah berharap menjadi orang kaya? Jawabannya tentu boleh dan tidak terlarang. Bagaimanapun juga semua hasrat yang muncul didalam benak seseorang bisa menjadi stimulus berharga yang memicunya untuk hidup dengan lebih bersemangat, bekerja keras, dan mengerahkan segenap effort yang ada demi memastikan semua harapan itu terwujud. 

Hanya yang perlu diperhatikan adalah kita harus mampu mengukur kapatias diri. Jangan berlebihan. Secukupnya saja itu jauh lebih baik. Kalau masih punya baju cukup banyak untuk dipakai, maka hendaknya menahan diri untuk membeli yang baru. 

Kalau masih ada kebutuhan lain yang lebih penting dan uangnya juga terbatas, tidak perlu malu untuk sementara tinggal di rumah kontrakan. Ketika kita memasakan sesuatu yang tidak seharusnya, akhirnya kita justru mengeluhkan banyak hal.

Seiring dengan semua keinginan yang kita miliki atau semua kebutuhan yang hendak kita cukupi itu, bukanlah tindakan tepat jikalau kita menyertainya dengan keluhan demi keluhan. Adakalanya kita berada dalam situasi sulit, dan membuat kita merasa tertekan dari berbagai penjuru. 

Namun hal itu harus kita sikapi secara tegar. Hidup adalah ibadah, dan bersabar melewati ujian adalah bagian dari ibadah juga. Sesuatu terbesar yang hendaknya menjadi orientasi utama kita adalah tentang bagaimana kita menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang memberikan manfaat bagi orang lain. 

Hidup itu bukan untuk mengeluh, tetapi untuk berjuang. Satu poin penting dari sikap ini adalah mendapatkan ridho dari Sang Pencipta atas kehidupan yang kita jalani ini.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun