Padalah semua itu pada akhirnya tidak pernah kita bawa untuk selama-lamanya. Mereka yang meninggal dunia yang membawa sepotong kain kafan yang dipakaikan pada dirinya. Lalu buat apa kita terus mengeluh bahwa hidup itu mahal sedangkan kita sebenarnya sudah cukup mampu untuk hidup?
Apakah hal ini lantas tidak membolehkan kita untuk berangan memiliki sesuatu dimasa yang akan datang? Tidak bolehkah kita berangan memiliki tempat tinggal pribadi? Tidak bolehkah kita berharap memiliki baju baru?Â
Terlarangkah berharap menjadi orang kaya? Jawabannya tentu boleh dan tidak terlarang. Bagaimanapun juga semua hasrat yang muncul didalam benak seseorang bisa menjadi stimulus berharga yang memicunya untuk hidup dengan lebih bersemangat, bekerja keras, dan mengerahkan segenap effort yang ada demi memastikan semua harapan itu terwujud.Â
Hanya yang perlu diperhatikan adalah kita harus mampu mengukur kapatias diri. Jangan berlebihan. Secukupnya saja itu jauh lebih baik. Kalau masih punya baju cukup banyak untuk dipakai, maka hendaknya menahan diri untuk membeli yang baru.Â
Kalau masih ada kebutuhan lain yang lebih penting dan uangnya juga terbatas, tidak perlu malu untuk sementara tinggal di rumah kontrakan. Ketika kita memasakan sesuatu yang tidak seharusnya, akhirnya kita justru mengeluhkan banyak hal.
Seiring dengan semua keinginan yang kita miliki atau semua kebutuhan yang hendak kita cukupi itu, bukanlah tindakan tepat jikalau kita menyertainya dengan keluhan demi keluhan. Adakalanya kita berada dalam situasi sulit, dan membuat kita merasa tertekan dari berbagai penjuru.Â
Namun hal itu harus kita sikapi secara tegar. Hidup adalah ibadah, dan bersabar melewati ujian adalah bagian dari ibadah juga. Sesuatu terbesar yang hendaknya menjadi orientasi utama kita adalah tentang bagaimana kita menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang memberikan manfaat bagi orang lain.Â
Hidup itu bukan untuk mengeluh, tetapi untuk berjuang. Satu poin penting dari sikap ini adalah mendapatkan ridho dari Sang Pencipta atas kehidupan yang kita jalani ini.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H