Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Itu Bukan untuk Bergaya, tapi untuk Bermakna

30 September 2019   07:29 Diperbarui: 1 Oktober 2019   09:29 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan kini seiring bejibunnya penawaran pinjaman online, orang-orang berbondong-bondong meminjam uang disana. Hutang tidak lagi dipikir jangka panjang terkait bagaimana nanti harus membayar, bagaimana kalau nanti tidak ada uang saat jatuh tempo. 

Hal ini luput dari pertimbangan atau barangkali memang sengaja diabaikan. Yang penting sekarang ada uang untuk bisa menutupi semua kebutuhan tadi.

Gaya hiduplah yang mendorong kita ingin memiliki baju ganti yang layak, membeli rumah, atau melakukan renovasi tempat tinggal. Banyak keluarga muda yang beramai-ramai mengajukan kepemilikan rumah via Kredit Pemilikan Rumah (KPR), meskipun sebenarnya uang yang mereka miliki terbatas. 

Mereka enggan tinggal di rumah kontrakan terlebih dahulu karena merasa bahwa memiliki rumah sendiri harus segera diupayakan. Apakah seseorang yang tinggal di rumah kontrakan tidak lantas bisa hidup dibandingkan mereka yang tinggal di rumah sendiri? Gaya hidup untuk memiliki rumah sendiri telah menciptakan kesan bahwa hidup itu mahal. 

Lalu pada saat rumah berhasil dibeli lewat KPR, ada keinginan untuk membangun pagar rumah. Uangnya sudah sangat terbatas. Akhirnya setelah meminjam kepada kerabat, pagar rumah yang didambakan berhasil dibangun. 

Uang hasil pinjaman pun habis, semuanya terpakai pada pembangunan pagar yang telah dilakukan. Pertanyaan lagi, dengan tidak memasang pagar rumah apakah hal itu membuat seseorang tidak bisa hidup? Kembali, yang mengharuskan kita membayar lebih adalah gaya hidup yang kita damba. 

Gaya hidup itu oleh sebagian orang bisa dimaknai sebagai keinginan, tapi juga bisa dikatakan sebagai kebutuhan. Memiliki rumah sendiri adalah kebutuhan, tetapi mereka yang hidup dengan mengontrak rumah atau tinggal di kos-kosan masih tetap hidup. 

Apakah pagar rumah tidak dibutuhkan? Tetap butuh karena itu bisa berfungsi sebagai alat bantu melindungi rumah yang kita huni berikut isi yang ada didalamnya. 

Jika kita kembali pada esensi utama hidup kita, maka bisa dibilang bahwa hidup itu sebenarnya murah. Kita makan ala kadarnya, bertempat tinggal di rumah milik orang lain (kos atau kontrakan) pun kita masih tetap hidup.

Hidup untuk Mencapai Sesuatu

Kita sering beranggapan bahwa keberadaan kita didunia ini adalah untuk menghasilkan uang sebanyak mungkin, memenuhi kebutuhan atau keinginan untuk memiliki rumah sendiri, memiliki mobil atau kendaraan pribadi, memberikan pendidikan di lembaga bergengsi, memberikan makanan enak kepada diri sendiri dan keluarga, atau meninggalkan warisan yang melimpah kepada anak cucu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun