Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Prinsip Memenangkan Hati Orang Lain

20 Maret 2019   16:19 Diperbarui: 20 Maret 2019   16:23 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memenangkan hati orang lain adalah kunci menggapai tujuan (Ilustrasi gambar : kinstacdn.com)

Dalam buku How to Win Friends and influence People Dale Carnagie memberikan tips dan cara-cara apa saja yang harus kita jadikan acuan dalam bersikap dan berbuat kepada orang lain. Terdapat tiga buah prinsip yang dengannya kita dapat melangkah dengan percaya diri terkait bagaimana supaya orang-orang disekitar bersedia bergerak untuk kita, memiliki antusiasme tinggi ketika bekerja bersama kita, dan akan memberikan kontribusi terbaiknya kepada kita.

Mungkin cara-cara diktator dengan memberikan ancaman fisik ataupun mental dianggap mampu "memaksa" orang lain bekerja untuk diri kita.

Akan tetapi hal itu sebenarnya sudah tidak berfungsi secara optimal. Dalam jangka pendek bisa jadi orang lain berkenan melakukan sesuatu sebagaimana perintah atau instruksi yang kita berikan.

Namun dalam jangka panjang hal itu tidak akan bisa berjalan sesuai harapan. Langkah-langkah menekan orang lain dengan memberi mereka ancaman seiring berjalannya waktu akan memunculkan perlawanan. Perlawanan ini bisa berupa sikap memberontak atau bekerja dengan setengah hati dan ala kadarnya.

Akibatnya, efek yang dihasilkan sangatlah tidak baik bagi kepentingan bersama. Agar supaya orang lain memberikan kontribusi terbaiknya, langkah-langkah yang semestinya kita tempuh adalah dengan memicu hadirnya dorongan dari dalam diri orang-orang tersebut sebuah hasrat untuk memberi lebih segenap kemampuan yang mereka miliki.

Untuk bisa mewujudkannya, penting kiranya bagi kita memahami orang-orang yang menjadi bagian dari kehidupan kita. Juga penting untuk memahami kecenderungan dan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu.

Mengenal dan memahami satu persatu orang yang hidup di sekitar kita mungkin membutuhkan waktu sangat lama. Namun kita saat ini kita sudah cukup mengacu pada ketiga prinsip memenangkan hati orang lain yang diutarakan oleh Dale Carnagie.

Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan kita menjadi pribadi yang lebih tulus dalam melihat orang lain serta bisa menempatkan posisi dalam setiap momen atau peristiwa yang terjadi di kehidupan kita masing-masing. Ketiga prinsip memenangkan hati orang lain tersebut adalah sebagai berikut :

1. Hindari Mengkritik, Menghina, dan Menyudutkan

Hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain sangat rentan menimbulkan terjadinya konflik dan gesekan individu. Seseorang yang sebelumnya menjalin hubungan baik dengan orang lain bisa seketika bermusuhan oleh karena konflik yang pernah terjadi diantara keduanya. Padahal kita semua tahu bahwa kita tidak bisa hidup sendiri.

Kita adalah makhluk sosial yang memerlukan keberadaan orang lain dalam berinteraksi dan berbuat sesuatu. Sehingga kemungkinan untuk terjadi friksi antara satu orang dengan orang lain sangatlah besar.

Terjadinya konflik antar individu umumnya terjadi karena salah satu pihak memberikan kritik kepada orang lain. Terlepas maksud dari kritik yang diberikan adalah untuk membangun atau tidak, kecenderungan yang dimiliki oleh setiap orang yang dikritik adalah defensif atau cenderung mempertahankan diri.

Biar pun seseorang melakukan kesalahan, dan atas kesalahan tersebut ia dikritik, secara naluriah ia akan berusaha untuk mempertahankan diri agar tidak dianggap salah. Adu argumen akan ia lakukan demi menunjukkan ketidakbersalahannya, meski dalam kenyataan sebenarnya dirinya memang bersalah.

Jika kondisi seperti ini terjadi, antusiasme seseorang yang memberikan kontribusi terbaik akan menurun atau meredup. Sikapnya menjadi enggan untuk berbuat lebih, atau kalaupun tetap bersedia tingkat produktivitas yang diberikan biasa-biasa saja.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap aktivitas kita atau pekerjaan yang kita lakukan berpeluang mengalami kesalahan. Setiap kesalahan yang terjadi umumnya selalu diikuti dengan konsekuensinya masing-masing. Baik itu konsekuensi ringan ataupun konsekuensi berat.

Seringkali, setiap kali kesalahan yang memiliki konsekuensi membuat kita saling mempersalahkan satu sama lain, saling melempar kritik, mencerca, dan melemparkan keluhan satu kepada yang lain. Dalam kondisi inilah diperlukan kebijaksanaan dari diri kita masing-masing.

Apabila seseorang berbuat salah maka ingatkan dengan cara yang menyenangkan serta bersahabat. Kebiasaan menegur atau mengkritik mungkin bagi sebagian orang dianggap wajar, namun perlu kita sadari bahwa ternyata hal itu justru menjadikan orang yang kita kritik menjauh dari kita.

Untuk menghilangkan dorongan mengkritik orang lain kita perlu mencoba untuk menempatkan diri diposisi mereka. Apa yang mereka rasakan tatkala disudutkan atau dikritik. Seseorang mungkin mengangguk setuju saat dikritik, akan tetapi didalam hatinya tentu ada rasa tidak nyaman.

Cara terbaik untuk belajar tidak mengkritik orang lain adalah dengan tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain. Selalu melihat orang lain dari sisi positifnya. Keburukan atau kesalahan orang lain jangan menjadi fokus perhatian kita, cobalah untuk mengerti orang lain.

2. Berikan Penghargaan dengan Jujur dan Tulus

Semua orang memiliki hasrat untuk menjadi penting. Kita semua ingin mendapatkan apresiasi atas pekerjaan yang kita lakukan. Mungkin dalam beberapa kesempatan ada orang yang menasihati kita  agar ikhlas dan tidak mengharap pamrih dari perbuatan baik yang kita lakukan.

Nasihat tersebut memang benar. Hanya saja didalam hati setiap orang sebenarnya menyimpan keinginan untuk dihargai.

Kalau boleh jujur mungkin kita semua ingin berkata, “Saya ingin dipuji!”, “Saya ingin diapresiasi!”, “Saya ingin dihargai!”. Dalam piramida Maslow kebutuhan akan penghargaan setingkat dibawah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dengan kata lain, mendapatkan penghargaan adalah suatu kebutuhan yang diakui atau tidak bersemayam didalam diri kita.

Seringkali kita lebih mudah memberikan kritik daripada memberi penghargaan. Setiap keberhasilan yang dilakukan seseorang terkait pekerjaannya kita anggap sebagai kewajaran dan keharusan. Hal itu tidak perlu diapresiasi karena memang seharusnya seperti itu.

Akan tetapi, ketika sebuah kesalahan terjadi maka seakan-akan itu menghapus semua tindakan baik yang pernah dilakukan. Kita dilarang untuk berbuat salah.

Oleh karenanya kritikan pedas lebih sering terucap daripada rangkaian kalimat pujian atau sanjungan. Disinilah letak kesalahan kita mengapa begitu sulit memenangkan hati orang lain.

Seharusnya kita lebih loyal untuk memuji dan menghargai orang lain. Lebih-lebih pujian atau sanjungan yang disampaikan dihadapan banyak orang, pastilah merupakan kebahagiaan tersendiri tatkala kita dianggap begitu berharga.  

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam rangka memenangkan hati orang lain, kita harus mulai belajar untuk memberikan apresiasi. Barangkali sulit bagi kita menemukan bahan untuk memuji orang lain.

Untuk mengantisipasi hal ini kita harus memulainya dari cara pandang kita kepada orang lain. Anggaplah orang-orang yang hidup disekitar kita memiliki kebaikan yang belum kita miliki. Sehingga kita tidak memandang remeh mereka. Justru sebaliknya kita mampu memberikan apresiasi terbaik keapda mereka.

3. Bangkitkan Minat yang ada Pada Diri Orang Lain

Dalam kesempatan berdiskusi dengan orang lain, biasanya setiap orang memiliki kecenderungan untuk menonjolkan opininya masing-masing.

Setiap orang cenderung mengutamakan ego yang ada didalam dirinya. Ketika beberapa orang saling bercerita satu sama lain, masing-masing orang berusaha untuk menjadi orang yang paling didengarkan. Naluri didalam diri seseorang cenderung mengutamakan ego pribadinya. All about me.

Sedangkan semua orang memiliki kecenderungan yang sama. Pada akhirnya tidak terjalin koneksi dari setiap individu tersebut. Kerjasama dan kolaborasi tidak akan terjalin oleh sebab setiap individu mengutamakan dirinya sendiri.

Membicarakan minat dan kesenangan pribadi memang sangat menggoda untuk dilakukan. Sehingga tidak mengherankan setiap orang “berebut” untuk membicarakan minatnya masing-masing. Obrolan asyik akan tercipta ketika dua orang atau lebih membicarakan satu jenis minat yang sama. Komunitas-komunitas dibentuk berdasarkan prinsip ini.

Namun yang harus disadari kita semua hidup dalam lingkungan yang heterogen dengan kecenderungan minat yang beragam. Jejaring yang kita miliki belum tentu mempertemukan kita dengan orang lain yang memiliki minat sama. Bisa jadi minat  orang-orang yang berhubungan dengan kita justru bertolak belakang.

Dalam kondisi seperti inilah kemampuan memahami orang lain diuji. Apabila kita ingin memenangkan hati orang lain, maka kita harus mau mengalahkah ego kita untuk memberikan tempat bagi orang lain mengedepankan minatnya. Seseorang akan antusias tatkala “dikompori” untuk bercerita lebih banyak tentang minat pribadinya dibandingkan ketika ia harus mendengarkan kesenangan kita.

Minat memiliki keterkaitan dengan kepentingan setiap orang. Apabila kita berkepentingan terhadap sesuatu hal maka kita akan menaruh minat disana. Semakin penting sesuatu hal maka kita akan semakin berminat.

Untuk menjadikan orang lain bersepakat dengan kemauan kita yang perlu kita tunjukkan adalah nilai kebermanfaatan yang akan didapat oleh mereka tatkala sepakat dengan apa yang kita mau. Lihatlah dari sisi keuntungan orang lain, bukan dari sisi keuntungan kita semata.

Ketiga prinsip ini akan optimal dijalankan apabila kita mengaplikasikannya dalam segenap aktivitas kita serta terus mengasahnya dari waktu ke waktu. Ketiga prinsip ini akan menjadi habbit yang menguntungkan diri sendiri dalam kaitan membangun hubungan dengan orang lain.

Prinsip-prinsip ini akan mengalir menjadi kebiasaan kita yang secara otomatis kita terapkan apabila kita mendasarinya dengan niatan untuk kebaikan bersama.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun