Mohon tunggu...
Aghnia Tazqiah
Aghnia Tazqiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2020. Selama 3 tahun kuliah, saya mengikuti UKM ASAS UPI (Arena Studi Apresiasi Sastra Universitas Pendidikan Indonesia) dan saat ini menjabat sebagai Bendahara. Puisi-puisi saya telah dimuat di Pikiran Rakyat dan di majalah Literasi Lilin.

Saya seorang introvert sehingga kegiatan yang saya sukai, yaitu kegiatan yang tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, seperti membaca buku, membaca antologi puisi, menonton drama dan film, membuat puisi, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negeri Ginseng dari Sudut Pandang Penyair Ko Hyeong Ryeol

20 Juni 2023   08:23 Diperbarui: 25 Juni 2024   09:54 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ebooks.gramedia.com/id/buku/ikan-adalah-pertapaInput sumber gambar

Keluarga itu tinggal di serambi apartemen pencakar langit

Mereka pindah kegedung pencakar langit itu bukan karena

            Melarikan diri, apalagi menyombongkan diri

Mereka tidur di sebelah awan

 

Putri mereka dalam bahaya. Jangkrik menangis cemas 

("Langit Petang Hari", Ko Hyeong Ryeol, hlm 98)

            Kata yang dicetak tebal memberikan kesan yang mendalam bagi pembaca karena keadaan mereka lirik dinyatakan dua kali dalam satu bait yang sama. Dalam puisi, hal tersebut merupakan sarana retorika tautologi. Pertama, sebuah keluarga tinggal di serambi (selasar) apartemen yang amat tinggi. Meskipun diksi pencakar langit klise, tetapi mampu mengontraskan keadaan keluarga lirik yang justru tinggal di selasar suatu apartemen. Ya, di selasarnya. Bukan di dalamnya. Kemudian, ditegaskan sekali lagi kalau mereka pindah bukan karena untuk menyombongkan diri. Tidak ada yang bisa mereka sombongkan karena mereka hanya tinggal di selasar saja sampai-sampai mereka tidur di sebelah awan. Secara harfiah, di sebelah memiliki makna di samping, di sisi, atau di dekat sesuatu. Artinya, mereka lirik tidur amat dekat dengan awan. Namun, apakah itu awan sesungguhnya? Penyair, meminjam awan guna memunculkan kegetiran di benak pembaca.

            Selain penggunaan sarana retorika tautologi, penyair Ko menggunakan ironi di dalam puisinya. Misalnya dalam penggalan puisi "Melihat Langit-Langit" berikut

...langit-langit rumah kita adalah lantai

            Mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun