Anak-anak yang sedang mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat infeksi bakteri, rutin menerima transfusi, atau sedang meminum obat jangka panjang, tidak akan diberi vaksin atau pun pemberiannya ditunda.
Proses menjangkau masyarakat demi pemberantasan MR juga bukan hal yang mudah bagi para dokter, perawat, maupun bidan.
Pada beberapa daerah, di Kabupaten Ngada saja, para petugas kesehatan harus berjalan kaki hingga satu jam membawa semua perlengkapan untuk vaksinasi muali dari coolbox untuk vaksin, alat suntik, hingga safety box untuk membuat alat habis pakai. Satu anak di pelosok pun akan tetap dikejar. Tentu saja dengan perjuangan tersebut respon positif yang diharapkan.
Memasuki minggu kelima pelaksanaan vaksinasi MR, cakupan peserta baru mencapai angka 34% untuk wilayah tempat saya bekerja. Masih panjang langkah untuk mencapai angka 95%. Kerja keras dari petugas kesehatan saja tidak cukup. Tentu perlu kerjasama dengan orang tua, guru-guru, aparat pemerintah, hingga tokoh masyarakat.
Sungguh menyedihkan sebenarnya melihat banyak pasien yang terbaring lemah karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah ini.
Saya sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan tentu sangat berharap kampanye vaksinasi MR di Indonesia dapat berhasil mencapai target eliminasi penyakit campak dan rubella.