Al-Imam Al-Qurthubi di dalam Al-Jami' li ahkam Al-Qur'an (5/183)berkata : "Adapun tetangga, maka Allah Ta'ala telah memerintahkan untuk memeliharanya, menunaikan haknya, dan berpesan untuk memelihara tanggungannya di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya. Bukankah kamu melihat Allah Ta'ala menguatkan penyebutan tetangga setelah dua orang ibu bapak dan karib kerabat.
Jika ITB diibaratkan seperti sebuah rumah tangga, yang harmonis- berstatus mewah- dan memiliki sejumlah modal untuk mencapai kekayaan. Maka, tentu ITB memiliki tanggung jawab terhadap keberdayaan rumah tangga lain, yang memiliki status menengah ke bawah. Bukankah seperti itu, kita hidup sebagai manusia?
Mimpi besar ITB Multikampus dan menerapkan nilai-nilai kewirausahaan bagi sivitas akademika nya, digaungkan ke berbagai kepentingan dan para pebisnis besar. Namun sayangnya, kehadiran Gedung LPIK hampir tak diketahui oleh masyarakat wilayah mereka sendiri (Survey pribadi, 2018).Â
Warga kami (Coblong), tak tau apa yang dilakukan ITB dengan LPIK nya, tak mengerti dengan peluang bermitra dengan LPIK bahkan yang niris, mereka menganggap gedung LPIK adalah gudang, kantor karyawan ITB, dan tempat untuk menikmati sepeda boseh yang ada di depan kantor ini.Â
LPIK sendiri, adalah wujud nyata yang diinginkan oleh ITB, agar menghadirkan sejumlah wirausaha- teknokrat dan kreatif, serta melahirkan gerakan-gerakan start up profesiional (Mimpi ITB, 2025). Kita seringkali memikirkan hal yang susah dan besar untuk dicapai namun kita abai dengan hal yang mudah dan murah, dengan sumber daya yang kita miliki.
Sumber Daya (Aset) Besar, Kontribusi Lokal Minim
Bangunan tinggi berlantai dan luas, Prasarana laboratorium terapan yang lengkap, SDM (dosen dan mahasiswa) yang memiliki potensi unggul dan berdaya saing, dukungan sivitas yang besar (potensi sponsor/ dana hibah/ wakaf/ modal usaha), Asrama mahasiswa yang dekat dengan lingkungan warga tidak bernilai dan berdaya guna untuk masyarakat lokal.Â
Tak usah jauh-jauh, berbicara soal kualitas perguruan tinggi, berbicara soal pendayagunaan dan pemanfaatan aset perguruan tinggi ITB di wilayah Kecamatan Coblong rasanya jauh dari kata 'empati' atau peka terhadap kondisi sosial disana. Hal itu diungkapkan oleh beberapa warga di sekitar kampus.
"Sudah berpuluh-puluh tahun, kami dekat dengan mahasiswa mereka di Asrama Sangkuriang. Namun kami belum melihat I'tikad baik, bagi ITB dalam menata wilayah kami di RW 12 Dago. Justru, kami lebih sering diberi oleh penderma dari mahasiswa yang lama, yang pernah tinggal bersama kami. Meski mereka jauh, realitanya, mereka jauh lebih bisa hadir daripada ITB itu sendiri", ungkap Ketua RW 12 Dago, Kec. Coblong.
Budi, ketua RW 12 Dago itu menyiratkan kegelisahannya terhadap kondisi warganya di belakang asrama Sangkuriang, Dago. Meski berbagai wacana telah digulirkan oleh ITB, bahwa akan ada revitalisasi lingkungan wilayah disana.