Selain memicu timbulnya hama dan penyakit yang tahan. Pestisida kimia juga berbahaya bagi petani, konsumen dan lingkungan. Sudah banyak petani yang mengalami keracunan saat menggunakannya. Demikian juga dengan residu atau sisa racun yang tertinggal pada produk pertanian, sangat berbahaya bagi konsumen. Ada yang memberi alasan dengan ambang batas aman. Tapi racun tetaplah racun.
Belum lagi pencemaran lingkungan terutama air dan tanah. Sehingga kualitas air dan kesuburan tanah menurun. Selain itu, banyak mahluk hidup berguna yang mati karena pestisida kimia. Dengan kondisi seperti ini kita menghadapi tantangan yang berat dalam menjaga kelestarian lingkungan dan melahirkan generasi yang sehat.
Bukannya untuk membangun sikap anti pada pestisida kimia tapi kita harus menyadari dengan terang benderang dampak buruk dari pestisida kimia dan tidak menutup-nutupinya. Kesadaran ini akan mendorong kita untuk secepatnya mencari alternatif lain yang lebih aman dan berkelanjutan bagi petani, konsumen dan lingkungan.
Dilema Pupuk kimia
Saat ini, pupuk kimia adalah kebutuhan wajib petani. Sama seperti pestisida kimia, pemakaian pupuk kimia memang memenuhi kebutuhan tanaman tetapi penggunaan dalam jangka waktu panjang akan merusak tanah itu sendiri. Karena beberapa kandungan pupuk kimia mampu merusak bahan organik tanah.
Menurut Nasahi (2010), penggunaan pupuk kimia yang terus menerus dapat menurunkan kandungan bahan organik tanah sehingga tanah semakin keras, asam, dan menyebabkan penurunan unsur mikro. Kondisi tersebut membuat tanaman semakin rentan terhadap serangan hama penyakit.
Tanah sehat ditunjukkan dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan keanekaragaman mikroorganisme didalamnya. Dan pemakaian pupuk kimia merusak semua itu. Kita bukan anti menggunakan pupuk kimia tetapi jika kita ingin mewariskan tanah ini dalam kondisi yang baik kepada anak cucu kita seribu tahun ke depan, maka tidak ada pilihan lain selain mencari alternatif pengganti pupuk kimia yang aman bagi lingkungan.
Belajar dari revolusi hijau
Laba (2010) mengungkapkan bahwa ketergantungan pada pemanfaatan pestisida kimia dan pupuk kimia adalah imbas dari program revolusi hijau sejak tahun 1970 yang menitikberatkan penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia dalam meningkatkan produksi tanaman, terutama dalam usaha menuju program swasembada beras. Tujuan tersebut memang tercapai tetapi tidak bertahan lama karena munculnya serangan hama penyakit yang resisten dan penurunan kesuburan tanah sehingga Indonesia kembali mengimpor beras.
Saat itu semua sangat percaya pada pestisida kimia dan pupuk kimia. Bahkan sampai pemerintah melakukan subsidi harga sehingga semua petani mampu membelinya. Belum lagi, “kabar burung” pemaksaan pemakaian pupuk-pupuk tertentu untuk meningkat produksi beras demi program swasembada pangan.
Penolakan kopi asal Indonesia