Mohon tunggu...
Afzar Harianja
Afzar Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Bhumi

Bumi Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Aku Seorang Petani

21 Februari 2017   12:16 Diperbarui: 21 Februari 2017   13:58 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain memicu timbulnya hama dan penyakit yang tahan. Pestisida kimia juga berbahaya bagi petani, konsumen dan lingkungan. Sudah banyak petani yang mengalami keracunan saat menggunakannya. Demikian juga dengan residu atau sisa racun yang tertinggal pada produk pertanian, sangat berbahaya bagi konsumen. Ada yang memberi alasan dengan ambang batas aman. Tapi racun tetaplah racun.

Belum lagi pencemaran lingkungan terutama air dan tanah. Sehingga kualitas air  dan kesuburan tanah menurun.  Selain itu, banyak mahluk hidup berguna yang mati karena pestisida kimia. Dengan kondisi seperti ini  kita menghadapi tantangan yang berat dalam menjaga kelestarian lingkungan dan melahirkan generasi yang sehat.

Bukannya untuk membangun sikap anti pada pestisida kimia tapi kita harus menyadari  dengan terang benderang dampak buruk dari pestisida kimia dan tidak menutup-nutupinya. Kesadaran ini akan mendorong kita untuk secepatnya mencari alternatif lain yang lebih aman dan berkelanjutan bagi petani, konsumen dan lingkungan.

Dilema Pupuk kimia

 Saat ini, pupuk kimia adalah kebutuhan wajib petani.  Sama seperti pestisida kimia, pemakaian pupuk kimia memang memenuhi kebutuhan tanaman tetapi penggunaan dalam jangka waktu panjang akan merusak tanah itu sendiri. Karena beberapa kandungan pupuk kimia mampu merusak bahan organik tanah.

Menurut Nasahi (2010), penggunaan pupuk kimia yang terus menerus dapat menurunkan kandungan bahan organik tanah sehingga tanah semakin keras, asam, dan menyebabkan penurunan unsur mikro. Kondisi tersebut membuat tanaman semakin rentan terhadap serangan  hama penyakit.

Tanah sehat ditunjukkan dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan keanekaragaman mikroorganisme didalamnya. Dan pemakaian pupuk kimia merusak semua itu. Kita bukan anti menggunakan pupuk kimia tetapi jika kita ingin mewariskan tanah ini dalam kondisi yang baik kepada anak cucu kita seribu tahun ke depan,  maka tidak ada pilihan lain selain mencari alternatif  pengganti pupuk kimia yang aman bagi lingkungan.

Belajar dari revolusi hijau

Laba (2010) mengungkapkan bahwa ketergantungan pada pemanfaatan pestisida kimia dan pupuk kimia adalah imbas dari program revolusi hijau sejak tahun 1970 yang menitikberatkan penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia dalam meningkatkan produksi  tanaman, terutama dalam usaha menuju program swasembada beras. Tujuan tersebut memang tercapai tetapi  tidak bertahan lama karena munculnya serangan hama penyakit yang resisten dan penurunan kesuburan tanah sehingga Indonesia kembali mengimpor beras.

Saat itu semua sangat percaya pada pestisida kimia dan pupuk kimia. Bahkan sampai pemerintah melakukan subsidi harga sehingga semua petani mampu membelinya. Belum lagi, “kabar burung” pemaksaan pemakaian pupuk-pupuk tertentu untuk meningkat produksi beras demi program swasembada pangan.

Penolakan kopi asal  Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun