"Asik sekali!" Irwan meluapkan rasa senangnya.
"Tapi, Pak Ilman...." tiba-tiba Andri bersuara dengan nada lirih. "Saya kan bukan muslim...." Ia menunduk.
Melihat pandangan penyesalan yang terangkat dari mata anak itu, Pak Ilman tersenyum. Ia lalu menepuk pundak Andri.
"Nak..., kamu yakin kamu bukan Muslim?"
Makmun ikut terdiam mendengar pembicaraan itu.
"Begini, Pak. Ibu saya membawa saya ke jalan sejak saya masih lima tahun. Waktu itu, saya tidak ingat pernah melihat ibu saya salat atau apapun ke masjid. Belum pernah saya melihat beliau salat. Saya pun belum pernah salat. Saya hanya sering mendengar azan dari masjid-masjid dan melihat anak-anak salat. Saya hapal gerakannya, tapi belum pernah salat."
Pak Ilman tersenyum. Ia mafhum dan merasa bisa melihat seperti apa masa lalu anak-anak ini.
"Saya mengerti, Andri. Belajarlah dulu di sini. Kita tidak akan paksakan Andri atau teman-teman untuk belajar salat. Biar kalian mengerti sendiri. Tapi Makmun dan teman-teman di Masjid pasti selalu bersedia kalau kalian  mau belajar. Benar kan, Makmun?"
"Benar itu, Andri. Jangan kuatir. Saya juga baru rajin salat sejak SMA."
Andri lalu mengangkat wajahnya. Anak itu akhirnya tersenyum. Irwan mengangguk-angguk.
"Ya sudah...." komentar Pak Ilman kemudian saat ia bangkit dari duduknya. "Kalian mandi dulu, kita buka puasa di masjid sama teman-teman TPA. Di sana kalian bisa lihat teman-teman baru. Ramai."