"Maaf, nona. Saya sudah janjian untuk berkencan dengan buku ini," Aku menolehnya dengan tatapan penuh keyakinan.
"Ah ternyata manusia yang kemarin. Tapi sorry ya. Ladies first." Wanita itu langsung dengan cekat mengambil buku itu dan langsung pergi. Sebelum yang arogan itu aku mengurungkan niatku untuk berdiskusi dengannya dan diam-diam mengikuti.
Beberapa saat menuju kantin, wanita itu berbalik ke arahku dan berkata, "Kenapa kamu ikutin aku?"
"Tidak ada. Hanya ingin mengawasi kalau kekasihku baik-baik saja," balasku senyum.
"Ih, kita kenal saja tidak. Ngaku-ngaku kekasih!" Ketusnya melirik ke kanan dan ke kiri.
"Loh? Maksud aku buku yang kau ambil itu."
Wanita itu pun membeku, wajahnya memerah dan langkah kakinya dipercepat sehingga aku pun mengikuti iramanya sambil sedikit tak tahu malu.
Aku memesan minuman dan semangkok mie yang ada di kantin. Sedangkan wanita yang kuikuti sejak tadi itu berada tak jauh dariku dengan sesekali was-was terhadapku. Meskipun aku juga sesekali melambai ke arahnya saat mata kami bertemu.
Namun, beberapa jam menunggu wanita itu akhirnya selesai dengan kerjaannya. Aku dihampiri olehnya dan diberikan buku itu walau masih tetap dengan ekperesi arogannya. Tapi menurutku hari ini cukup seru juga.
Kemudian beberapa hari ini aku berada di taman dengan fokus mengerjakan tugas karena aku cukup sulit memahaminya bahkan setelah tiga gelas dan semangkok bakso habis aku belum juga paham. Sampai seseorang menegurku berkali-kali karena aku terlalu fokus dengan laptopku.
"Hei. Aku mau balikin buku itu."