Mohon tunggu...
Afrista Sari
Afrista Sari Mohon Tunggu... Sales Desk Associate -

Menulis apa yang dilihat, dirasa, dan dipahami.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar Dirham

8 Januari 2016   13:39 Diperbarui: 8 Januari 2016   13:54 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam ekonomi ini juga, uang dipandang sebagai sesuatu yang sangat berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu. Konsep ini disebut time value of money . adalah nilai waktu dari uang bisa bertambah dan berkurang sebagai akibat perjalanan waktu. Dengan memegang uang orang dapat dihadapkan pada resiko menurunnya daya beli dan kekayaan sebagai akibat inflasi. Sedangkan memilih menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik akan memperoleh bunga yang diperkirakan di atas inflasi yang terjadi. Dengan demikian, nilai uang saat sekarang - nilai substitusinya terhadap barang akan lebih tinggi dibandingkan nilai dimasa yang akan datang.

Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional kapitalisme, islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang bukanlah barang dagangan. Mengapa uang berfungsi? Uang menjadi berguna hanya jika ditukar dengan barang yang nyata atau digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa di jual dan dibeli secara kredit.

Orang perlu memahami kebijakan Rasulullah SAW, bahwa tidak hanya mengumumkan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah tetapi juga melarang pertukran uang dan beberapa benda bernilai lainnya untuk pertukaran yang tidak sama jumlahnya, serta menunda pembayaran jika barang dagangan atau mata uangnya adalah sama. Efeknya adalah mencegah bunga yang masuk ke sistem ekonomi melalui cara yang tidak diketahui. Jika uang adalah flow concept maka modal adalah stock concept.

Di dalam ekonomi islam, konsep time value of money tentunya tidak akan terjadi. Untuk menganalisa ini, ada ajaran kuat dalam islam, yaitu terdapat di dalam QS.Al Ashr:1-3 yang berbunyi:

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dari surah Al-Ashr ini menunjukkan bahwa waktu bagi semua orang adalah sama kuantitasnya, yaitu 24 jam/hari, 7 hari/minggu. Namun nilai dari waktu itu akan berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Perbedaan nilai waktu tersebut adalah tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktu. Semakin efektif dan efisien, maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksakannya. Oleh karena itu, siapapun pelakunya tanpa memandang suku, agama dan ras, secara sunatullah ia akan mendaptkan keuntungan di dunia. Di dalam islam keuntungan bukan saja di dunia, namun yang dicari adalah keuntungan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu bukan saja harus efisien dan efektif, namun juga harus didasari keimanan.

Kerancuan Konsep Uang dalam Pemikiran Konvensional

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pemikiran ekonom konvensional tentang uang beragam. Fisher menyatakan bahwa permintaan uang (money demand) adalah fungsi dari income, sedangkan interest tidak ada hubungannya dengan permintaan uang. Sementara itu, para ekonom Cambridge menyatakan bahwa uang sebagai medium of exchange dan store value dan tidak meniadakan efek dari interest rate.

Selain berpendapat bahwa uang adalah stock consept sehingga uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store fo wealth), Marshall-Pigou juga menyatakan bahwa manusia mempunyai individual choice, yaitu bagaimana dia menentukan dan bagaimana memegang dan memelihara asetnya, apakah sebagian di bonds, di stock, atau di money, dan sebagainya. Dalam teori moneter konvensional, Marshall-Pigou dijabarkan oleh Keynes yang mengatakan bahwa individual choice seseorang itu dipengaruhi oleh tiga motif, yaitu money demand for transaction, money demand for precautionary dan money demand for speculation.

Bagi Keynes, money demands for transaction ditentukan oleh tingkat pendapatan; money demand for precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan; dan money for speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.

Sebenarnya, ada beberapa kekeliruan yang dibuat oleh Keynes, salah satunya yang juga diprotes oleh muridnya sendiri, Tobin-Boumol, masing-masing pada tahun 1953 dan 1956. Jika kita pelajari dari buku Keynes, secara implisit, ada perfect subtitution antara money dan non-monetary asset. Kita lihat modelnya, secara implisit dia mengatakan bahwa adanya perfect subtitution antara money, bonds, dan capital misalnya dalam teori konvensional dan yang disebut problem of aggregation, di mana diketahui ada lima pasar, yaitu:

  1. Consumer Goods
  2. Labor Sevices
  3. Production (capital) Goods
  4. Bonds
  5. Money

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun