Mohon tunggu...
afri meldam
afri meldam Mohon Tunggu... Freelancer - penyuka jengkol, ikan segar, dan rempah

Lahir di sebuah desa kecil di pedalaman Sumatra. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan mandi di sungai dan bermain lumpur di sawah. Mempunyai ikatan dengan ikan-ikan. Kini tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

5 Masakan Ikan Paling Enak di Indonesia

10 November 2017   09:07 Diperbarui: 10 November 2017   09:15 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Laut dan sungai (kecuali di kota-kota besar) kita begitu kaya. Semua orang tahu tentu fakta ini. Bahwa sebagian besar wilayah  Indonesia terdiri dari kawasan perairan,tentu juga sudah jamak kita  dengar. Namun,konsumsi ikan di Indonesia masih terbilang rendah  -setidaknya itulah yang tersirat dari pesan-pesan yang disampaikan  Kementrian dan lembaga terkait di berbagai media. (Ah,saya bukan asisten  Mentri Susi,jadi di paragaraf berikutnya kita akan kembali berbicara  mengenai ikan). 

Ikan yang akan kita bicarakan tentu saja adalah ikan yang sudah diolah menjadi makanan,baik ikan air tawar maupun ikan laut. 

Saya yang orang gunung (kampung halaman kami menyempil di antara antara  lembah sempit Bukit Barisan)sewaktu kecil sangat jarang mengonsumsi ikan laut -kecuali yang telah berubah wujud menjadi ikan kering/asin  (maco). Kenyataan ini saya anggap cukup menyedihkan sekaligus menggembirakan. Kenapa? 

Alasan yang paling kuat adalah karena  ikan laut (seperti tongkol,yang biasanya disebut 'ikan padang') yang  dijual oleh para pedagang lokal di Sumpur Kudus biasanya sudah jauh dari  kondisi segar. Mata dan insangnya sudah putih-pucat,sementara dagingnya  pun sudah lembek dan berair. Balok-balok es yang dipakai untuk  mengawetkan ikan-ikan tersebut sepertinya tidak menjalankan tugas dengan  baik (atau mereka sudah tak mampu lagi bertahan dengan jarak hampir  200km dari kota Padang). Masih berharap ikannya bergizi? Beberapa orang  bahkan pernah menderita gejala alergi setelah mengonsumsi ikan padang  ini. 

Melihat kenyataan ini,jelas saya sangat bersyukur bahwa di  masa kanak-kanak saya tidak terlalu suka makan ikan laut dan lebih  memilih ikan sungai yang ditangkap langsung dari Batang Sumpu.  Salimang,bawuang,kulaghi,umbuik-umbuik,tilan,ngongai,ikan gariang dsb  adalah sumber protein yang sehat dan terjamin kebersihannya. 

Namun,begitu berkesempatan menjejakkan kaki ke daerah-daerah di Tanah  Air,saya mulai 'membuka diri' untuk memberikan kesempatan kedua kepada  'ikan padang' dan berbagai jenis ikan laut lainnya. 

Dan inilah  beberapa masakan olahan ikan yang bikin saya ketagihan (sekarang  urutannya kita mulai dari wilayah Timur Indonesia): 

1. Sup Ikan Papua 

Potensi laut Papua begitu melimpah. Ikan-ikan dan berbagai biota laut  menjadikan perairan negeri Edo Kondologit ini sebagai rumah. Dan berkunjung ke Papua rasanya tak lengkap kalau tak mencicipi  ikan-ikannya. (Lain kali kita akan bercerita tentang kepiting Papua yang  legendaris itu). 

Sup ikan Papua berkuah asam-segar dan minim  bumbu. Ada potongan cabai dan rempah-rempah standar. Namun justru  kesederhanaan inilah yang membuat rasa ikan menjadi dominan dan tetap  terjaga kelezatannya. Jenis ikan untuk sup bisa bermacam-macam,seperti  kakap merah,kerapu,atau tuna. 

2. Ikan Bakar Banda Naira 

Di perairan Maluku Tengah,di bawah dagu kawasan Kepala Burung,kita kini  berada di Banda Naira. Selain terkenal sebagai penghasil rempah kualitas wahid pada zaman kolonial,kepulauan Banda juga menyimpan kekayaan laut  yang melimpah ruah. 

Bercerita tentang Banda dan ikan bakarnya,tak 'sah' kalau tidak menyebut nama Lukman Alibaba, tour guide lokal yang juga pengelola sebuah penginapan. Karena dialah yang memperkenalkan lidah saya dengan keeksotisan dan keagungan rasa ikan bakar Banda. 

Ikan bakar ala Lukman berbumbu sangat sederhana (atau malah tidak  pakai bumbu sama sekali?). Satu-satunya bumbu yang saya curigai ia  balurkan ke ikan bakar tersebut adalah garam,atau ia hanya memakai air  laut belaka. Namun soal rasa,begitu mencicipi daging ikan yang begitu  manis,saya langsung percaya bahwa surga juga ada di ujung lidah. 

Rahasianya tentu saja ikan yang digunakan: segar dan perairan tempat ia hidup pun masih bersih. 

3. Kerapu Bakar di Palu

Hanya setengah isapan rokok dari Jembatan Palu V yang ikonik itu,Anda  akan menjumpai sebuah warung sederhana di pinggir jalan sebelah kiri  dari arah kota menuju Donggala. Saya lupa nama warungnya. Yang masih  saya ingat,ada display ikan segar di depan pintu masuk. Anda bisa  memilih jenis ikan yang Anda inginkan dan mau dimasak apa. 

Saya  meminta menu andalan di sana,dan si ibu pemilik warung menawarkan kerapu  bakar. Ikan yang hanya akan diolah saat kita memesan menjadikan ikan di  sini terasa masih terjaga kesegerannya sampai ke dalam perut. 

Ikan bakar di sini disajikan bersama kuah sup yang terdiri dari potongan  sayuran seperti tomat dan wortel. Bumbunya pun cukup sederhana. Rasa asam dari jeruk nipis cukup mendominasi. Untuk yang suka pedas,disajikan  dua macam sambel: dabu-dabu dan sambel ulek. 

4. Ikan Lais Goreng Banjarmasin

Terletak di kawasan Banjarbaru,tak jauh dari Bandara Syamsudin Noor,di  jalan menuju Martapura,ada sebuah rumah makan yang menyajikan aneka menu  ikan. Namanya RM Berkat. Ikan-ikan yang disajikan di sini beragam,mulai  dari patin,puyu,baung,lais,dsb. 

Ikan lais dimasak dengan cara  digoreng hingga renyah. Bumbunya hanya garam dan sedikit merica. Begitu  digigit,manis daging akan bercampur dengan gurihnya kulit ikan yang  menciptakan sensasi makan 'kriuk-kriuk',hingga Anda tak sadar telah  menghabisan beberapa ekor ikan lais. Dihidangkan bersama sambel ulek  dalam cobek dan sayur pucuk perancis (singkong),ikan lais goreng akan  tetap menjadi favorit saya. 

5. Pindang Ikan Baung Palembang

Palembang tak hanya terkenal dengan pempek. Sungai Musi dan puluhan  sungai yang mengepung kota yang menyimpan sisa kejayaan Sriwijaya ini membuat Palembang kaya akan ikan air tawar. 

Dan di sini,Anda  harus mencoba pindang ikan baungnya. Ikan baung berukuran sedang yang  'dimandikan' dalam kuah asam-padas-manis segar ini akan membuat Anda  terus membuka mulut dan lidah Anda akan terus meminta suapan berikutnya.  

Di bagian ini,saya harus menyebutkan ikan yang sama,yang juga  tersedia di sebuah rumah makan di Pekanbaru. Tapi di sini ikan baung  diolah menjadi asam-padeh khas Minang. Baung yang dipilih biasanya  berukuran besar. Bagian kepalanya adalah kesukaan saya. 

Sudahkah kawan-kawan makan ikan hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun