"Aku minta maaf, Jul. Aku nggak bisa jaga diri," katanya jelas yang membuatku murka.
"Apa maksudnya?" bentakku.
Aku memang belum tahu pasti apa yang terjadi, tapi entah kenapa, feeling-ku berkata bahwa ada kejadian buruk yang menimpa Riri dari caranya berbicara.
"Apa yang dilakukan Rizal samamu? Hah?!" bentakku lagi.
Riri yang histeris pun menjelaskan dengan terbata, sebuah kronologi yang benar-benar membuatku hancur.
"Malam itu, kami memang nugas bersama. Aku nggak curiga dan nggak berpikiran macam-macam karena kau pun tahu, Jul! Aku termasuk orang yang mudah bergaul dan sering mengerjakan tugas rame-rame. Apalagi, Rizal teman satu circle-ku, jadi aku nggak menaruh curiga, apalagi prasangka buruk padanya. Namun, aku keliru Jul! Malam itu, Rizal bermalam di kosku karena kondisi hujan deras dan tak kunjung reda. Kami sama-sama di ruang tamu berdua dan, semua terjadi Jul. Maaf,"
"Apa? Apa yang terjadi? Ngomong yang jelas!"
"Rizal meniduriku dan......", belum sampai Riri merincikan maksudnya, aku pun sontak mengumpat.
"ASUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!" teriakku.
Riri histeris dan aku pun murka.
"Aku udah nolak, Jul. Bahkan aku tidak mengiyakan saat dia akan melakukan itu, tapi aku tidak bisa melawan. Nalarku memberontak, mulutku dibungkam dan tubuhku tidak berdaya karena dia lebih kuat dariku. Aku sudah berusaha melawan dengan cara yang dulu kau ajarkan, tapi percuma. Aku nggak bisa, dia terlampau kuat dan dia pun yang merenggut....." lagi, belum juga Riri selesai bicara, aku sudah menyela.