Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - Student of Master Degree - Diponegoro University

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebotol Anggur Merah yang Pecah

6 Oktober 2020   05:58 Diperbarui: 6 Oktober 2020   16:59 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku minta maaf, Jul. Aku nggak bisa jaga diri," katanya jelas yang membuatku murka.

"Apa maksudnya?" bentakku.

Aku memang belum tahu pasti apa yang terjadi, tapi entah kenapa, feeling-ku berkata bahwa ada kejadian buruk yang menimpa Riri dari caranya berbicara.

"Apa yang dilakukan Rizal samamu? Hah?!" bentakku lagi.

Riri yang histeris pun menjelaskan dengan terbata, sebuah kronologi yang benar-benar membuatku hancur.

"Malam itu, kami memang nugas bersama. Aku nggak curiga dan nggak berpikiran macam-macam karena kau pun tahu, Jul! Aku termasuk orang yang mudah bergaul dan sering mengerjakan tugas rame-rame. Apalagi, Rizal teman satu circle-ku, jadi aku nggak menaruh curiga, apalagi prasangka buruk padanya. Namun, aku keliru Jul! Malam itu, Rizal bermalam di kosku karena kondisi hujan deras dan tak kunjung reda. Kami sama-sama di ruang tamu berdua dan, semua terjadi Jul. Maaf,"

"Apa? Apa yang terjadi? Ngomong yang jelas!"

"Rizal meniduriku dan......", belum sampai Riri merincikan maksudnya, aku pun sontak mengumpat.

"ASUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!" teriakku.

Riri histeris dan aku pun murka.

"Aku udah nolak, Jul. Bahkan aku tidak mengiyakan saat dia akan melakukan itu, tapi aku tidak bisa melawan. Nalarku memberontak, mulutku dibungkam dan tubuhku tidak berdaya karena dia lebih kuat dariku. Aku sudah berusaha melawan dengan cara yang dulu kau ajarkan, tapi percuma. Aku nggak bisa, dia terlampau kuat dan dia pun yang merenggut....." lagi, belum juga Riri selesai bicara, aku sudah menyela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun