"Aku minta maaf, Jul. Aku minta maaf," lirihnya yang membingungkan.
"Maaf? Untuk apa?" bingungku.
"Aku minta maaf, aku bodoh, Jul!" katanya.
Aku yang bingung hanya bisa menerka dan merunut ulang, apa yang telah kami lewati pasca berpisah. Namun, semakin aku runut, semakin aku sadar bahwa tidak ada hal yang sekiranya perlu aku maafkan karena kami tidak ada masalah.
"Rizal, Jul..." celetuknya.
"Rizal?" sahutku terperanjat.
"I....ya," jawabnya terbata.
"Kenapa Rizal?" tanyaku lagi.
Tak ada penjelasan, tangis Riri kembali pecah dan aku bingung.
"Rizal kenapa, Ri?" tanyaku sekali lagi yang tak juga mendapatkan jawaban.
Firasatku mulai tidak enak dan aku mulai berpikiran yang macam-macam karena Rizal adalah lelaki yang setahuku tengah mendekati Riri.