Iya, aku menduga kalau sebenarnya, kamu baik-baik saja. Tapi, jika memang baik-baik saja, kenapa harus ke rumah sakit? Pertanyaan-pertanyaan berantai yang menghantui pikiranku.
"Kak? Minum dulu, gih!" kata Huta sambil memberikan sebotol air putih untukku yang sesegukan.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Dik?" tanyaku sambil berusaha membuka botol air tersebut.
Huta menghela napas panjang dan mengarahkan pandangannya ke Lian yang masih belum sadar.
"Cerita, Dik! Cerita! Ini ada apa sebenarnya?" tanyaku.
Rinci, Huta pun menjelaskan dengan detil kejadian buruk apa yang sebenarnya menimpamu. Katanya, kamu gagal mengendalikan laju motormu karena pengaruh alkohol yang berlebihan.Â
Motormu menabrak sebuah mobil dari arah berlawanan dan badanmu terpental cukup jauh. Huta juga menjelaskan kalau akhir-akhir ini, kamu makin sering mabuk. Hampir setiap malam kamu menenggak wine yang sedari dulu tidak pernah absen sebagai persediaan minum di kamar kosmu.
"Oh iya Kak, ada satu hal yang pengen aku tanya ke Kakak," lanjut Huta yang tiba-tiba menatap tajam mataku.
"Apa itu, Dik?" responsku.
"Kakak masih sayang nggak sih sama Abang?" unpredictable. Huta menyakan hal yang retoris.
"Kalau Kakak nggak sayang, nggak mungkin Kakak mengiyakan ajakanmu tadi, Dik!" jawabku.