"Kau juga, Dik! Coba mulai sekarang, pasang target untuk diri sendiri. Jangan biasakan menunda tugas atau laporan sampai akhirnya numpuk, tapi cicil dikit demi sedikit. Nanti juga kelar kok, Dik! Pakai sistem reward juga biar asik. Kau kan suka es krim, jadi ya coba aja janji bakal kasih diri sendiri es krim tiap targetnya terpenuhi, hehe" tambahku.
"Sebenarnya nasihat Kakak itu sering aku baca di kutipan-kutipan motivasi, tapi kenapa ya pas dengar langsung dari Kakak bawaanya jadi tenang dan yakin kalau aku bisa ngalahin demot ini?" respons Firman.
"Itulah hebatnya bakal Kakakmu, Dik. Dia bisa menebar aura positif ke kita yang terlampau negatif ini, hahaha!" sahut lelakiku.
"Iyalah, Bang! Nggak ruginya Abang punya hallet kek Kakak, hmmm. Kapan lah aku ini punya hallet juga, ya?" celetuk Firman setengah menggoda.
"Lapar aku, makannya kita?" kata lelakiku yang memberikan kode untuk pergi makan bersama.
"Ayo! Ke burjo aja kita, ya! Udah, kalian berdua jangan ada yang protes!" kataku yang meminimalisir perdebatan dalam menentukan tempat.
Lelakiku dan Firman tertawa. Aku bersiap sembari touch up tipis, lelakiku mengenakan jaket kulitnya dan kami bertiga pun berjalan menuju mobil putih milik Firman yang sepertinya baru saja dicuci.Â
Seperti biasa, lelakiku membukakan pintu belakang untukku. Dia duduk di depan menyampingi adiknya yang menyetir dan yap, berangkatlah kami menuju burjo untuk mengeksekusi nasi orak-arik sosis beserta es dan gorengan yang kami suka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H