Mohon tunggu...
Asri Wijayanti
Asri Wijayanti Mohon Tunggu... Konsultan - Penyintas Autoimun, Konsultan Komunikasi

Perempuan asal Semarang, penyintas autoimun, pernah bekerja lembaga internasional di Indonesia dan Myanmar, di bidang pengurangan risiko bencana. Saat ini bekerja sebagai konsultan komunikasi di sebuah lembaga internasional yang bergerak di bidang kependudukan dan kesehatan reproduksi. Alumni State University of New York di Albany, AS, Departemen Komunikasi. Suka belajar tentang budaya dan sejarah, menjelajah, dan mencicipi makanan tradisional. Berbagi cerita juga di www.asriwijayanti.com.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Masa dan Asa

3 Oktober 2015   08:08 Diperbarui: 3 Oktober 2015   09:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Aforasri, No. 56 -

Tokyo, 28 Maret 2011

Sudah sebelas tahun. Perempuan itu tak pernah lupa, pun tak pernah alpa.

Bertahun-tahun, ia jadi satu-satunya orang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Bahkan, ketika aku sendiri lupa bahwa hari itu adalah hari kelahiranku.

Kumatikan telepon genggamku, setelah kukirimkan surat elektronik balasan padanya. Taksi membawaku melewati gedung-gedung tinggi yang lampunya telah dipadamkan. Sudah lewat tengah malam. Pulang. Hatiku jengah. Apartemenku yang sempit dan berantakan, dan hatiku yang sunyi, membuat kenangan tak bisa melarikan diri.

Sepanjang sebelas tahun ini, aku telah empat kali berganti pacar, sekali bertunangan, sekali menikah, dan sekali bercerai. Jangan tanya berapa kali aku berkencan, karena aku pun tak ingat lagi berapa perempuan yang kukencani.

Dengan statistik itu pun, Asa - nama perempuan itu - masih tetap keras kepala. Ia tak pernah mau pergi.

Bogor, Maret 1999

“Asa. Dalam bahasaku kau berarti pagi.”, kataku.

Ia menggeleng. “Dalam bahasaku, aku berarti harapan.”

Ia tersenyum. Bibirnya yang merah meski tanpa polesan lipstik merekah. Sebagian wajahnya tertutup rambutnya yang ikal kecoklatan, yang agak acak-acakan. Matanya berbinar, membuatku teringat pada mata kanak-kanak yang polos. Jantungku berdebar-debar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun