Sekedar mengingatkan, kekuatan gempabumi yang populer dinyatakan dalam Skala Richter bukan satu-satunya faktor penentu dirasakan atau tidaknya sebuah gempa. Kedalaman dan jarak pusat gempa juga ikut berperan. Gempa di kedalaman 10 kilometer seperti gempa Yogyakarta tadi malam tergolong sebagai gempa dangkal. Gempa dangkal yang terjadi di daratan biasanya sangat terasa karena kedekatan lokasi pusat gempa dengan permukaan bumi.
Jarak pusat gempa dengan kita juga mempengaruhi dirasakan atau tidaknya gempa tersebut. Dari peta gempa yang diterbitkan oleh BMKG tadi malam, tampak jelas bahwa lokasi gempa berada di darat, yang relatif dekat dengan wilayah pemukiman penduduk. Bayangkan saja getaran yang terjadi ketika Anda sedang memukulkan memasang paku di dinding. Getaran pasti lebih terasa di bagian dinding yang yang terdekat dengan sumber getaran – yaitu titik hantaman palu.
Gempa dangkal yang terjadi di dekat wilayah pemukiman penduduk berpotensi memiliki daya rusak yang kuat. Amplitudo gelombang gempanya dapat merusakkan bangunan yang konstruksinya kurang baik. Getarannya, meski tak sampai merobohkan bangunan, dapat menyebabkan kepanikan dan kecelakaan, apalagi di komunitas yang masih menyimpan trauma dari bencana lama. Oleh karena itu, konstruksi bangunan yang kuat, pengetahuan tentang penanggulangan bencana, kesiapan masyarakat menghindari atau melindungi diri dari bahaya, dan kemampuan masyarakat untuk menyelamatkan diri perlu dibangun agar mereka bisa mengurangi risiko bencana.
*****
*Saya pernah tinggal di Aceh dan merasakan gempa 7,5 SR pada 20 Februari 2008, gempa 7,3 SR pada 11 Januari 2012, dan gempa 8,5 SR pada 11 April 2012.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H