"Gak tau, lagi pengen lari aja kali," jawabku tidak begitu peduli dengan topik pembicaraan kali ini.
"Tau gak sih, jadi tuh Jun mau ngasih kamu itulooohh, apa sih namanya? Jadi kayak kotak bentuk love trus di dalemnya ada anting sama cinciiiin," jelas Ira.
Aku yang tidak percaya akan hal itu hanya bisa melotot, sedangkan temanku yang lain dengan gembiranya men-cie-kan aku. "Ishhhh apaan siiihh, jadi jijik kaaan," rengekku tidak suka diledek.
"Ihhh, serius Neii. Karena Jun gak berhasil manggil kamu, jadinya Haki deh yang manggil kamu. Tapi kamunya gak mau juga, akhirnya Jun suruh Haki kasih kotak itu ke siapa aja. Parah banget emang kamuu. Huuu," lanjut Ira sambil meledek. Aku hanya bisa diam dan bergumam dalam hati kalau aku benar-benar malu atas hal itu. Mengapa aku baru mengetahuinya sekarang?
Sepasang anting plastik lengkap dengan cincin yang bermanik di tengahnya dalam kotak ungu berbentuk love. Hey, apakah kamu ingin melamarku? Itu gila! Waktu itu kita masih duduk di bangku SD kelas empat.
Sekarang aku baru sadar betapa berani dan sabarnya dirimu. Berani untuk mencoba mengungkapkan isi hatimu, sabar dengan hasil yang kamu dapatkan. Aku harap berani dan sabarmu itu terus kamu bawa berlayar kemanapun ombak membawamu.
Kini aku memang tidak bisa bertemu langsung denganmu, begitu juga denganmu. Setidaknya kita sudah menemukan titik pertemuan kita walau hanya lewat sosial media saja. Aku bahagia melihatmu bahagia dengan jalanmu sendiri, bangga bahwa kamu terus membawa berani dan sabarmu di pundakmu, tapi terkadang aku masih tertawa melihatmu yang masih tiba-tiba gagap di depan kamera bahkan kamera ponselmu sendiri.
Aku tidak mengharapkan kamu menjadi milikku, aku sudah senang bahwa kamu sudah memiliki perempuan lain yang bukan aku. Aku juga tidak tahu apa kesibukanmu sekarang, yang aku tahu kamu sudah bisa membantu ayahmu menafkahi ibu dan adik-adikmu.
Kamu pun tidak menyesali bahwa kenyataannya aku menolakmu saat itu. Berkat tolakkanku saat itu, kamu jadi bisa memiliki perempuan yang saat ini sedang berada di sampingmu, Syifa. Ya, mungkin sedikit lucu jika kamu mengetahui kalau aku mencari tahu banyak tentangmu bahkan bagaimana kamu bisa bertemu dengan Syifa pun aku tahu.
Haki. Berterima kasihlah pada Haki yang masih menyebutkan bahwa benda berbentuk love itu darimu kepada Syifa, sejak saat itu diam-diam Syifa menaruh hatinya padamu dan sekarang kamu jadi miliknya.
Tapi kamu harus sangat berterima kasih pada Tuhan, karena kalau bukan berkat skenario dari-Nya kamu tidak akan pernah berjumpa dengan yang namanya Syifa. Begitu juga aku, aku selalu berterima-kasih kepada-Nya bahwa beginilah jalanku. Aku merelakan cintaku untuk mengejar ilmu untuk diriku, aku lebih memilih menghabiskan waktu di balik buku. Soal cintaku? Tidak usah khawatir, aku yakin Tuhan telah menyiapkan seseorang yang pantas untukku. Aku hanya tinggal terus mengikuti alur cerita dari-Nya dan terus menerima manis atau pahitnya kehidupan karena aku tahu bahwa kehidupan tidak selamanya seperti permen karet.