"Sini deh aku yang manggil. Masa manggil Neila aja gak bisa sih."
Haki yang baik hati pergi menghampiriku yang baru saja berdiri dari bangku kantin.
"Neilaaaaa, itu dipanggil Juuuunnn," teriak Haki dari kejauhan.
Bagaikan kancil yang dikejar singa, aku yang kaget reflek lari menjauh dari Haki seraya berteriak "Gak mauuuuuu."
Seketika lapangan bola hanya dipenuhi dengan Haki yang berkata "Neilaaa, itu dipanggil Jun." dan aku yang berteriak "Gak mauuu." aku mengajak Haki tawaf mengelilingi lapangan. Haki pun menyerah dan kembali menghampirimu.
"Jun... hhh... gak berhasil... hhh," lapor Haki yang ngos-ngosan habis mengejarku.
"Yaudah deh, Hak. Ini kasih siapa aja deh terserah," ucapmu putus asa.
Dua tahun silam. Aku dan teman-teman yang lain sedang duduk santai di bangku taman sekolah sambil menunggu jam istirahat habis.
"Nei, kamu masih inget gak yang pas Haki ngejar kamu dan bilang kamu dipanggil sama Jun?" Tanya Ira membuka pembicaraan.
"Inget. Ishhh jadi geli deh. Kenapa sih dia?" Jawabku yang kemudian bertanya lagi.
"Kamu gak tau kenapa Jun mau manggil kamu? Ya ampuun Neilaaa, terus kenapa kamu lari?" Tanya Ira tidak percaya begitu melihat aku menggeleng.