"Woww, indah sekali istana ini. Wahai Bunda Cheline, banyak sekali penari dan alat-alat untuk menari," seru Cantika dengan penuh kekaguman.
"Cantika, kamu akan latihan menari di sini. Apakah kamu bersedia?" tawar Bunda Cheline.Â
"Iya, Bunda Cheline. Saya bersedia," jawab Cantika.Â
Akhirnya, Cantika latihan menari di istana penari. Empat jam sudah berlalu. Cantika meminta izin untuk pulang. Bunda Cheline, sang ratu bidadari, mengantar Cantika kembali ke Pendopo Widya Graha. Dia dan Bunda Cheline sudah sampai di halaman Pendopo Widya Graha. Cantika mengucapkan terima kasih dan melambaikan tangannya. Dia bergegas mengambil sepeda dan langsung mengayuh sepeda untuk pulang ke rumah.Â
Di perjalanan pulang, ia melihat Bu Maulida hampir tertabrak mobil ketika akan menyeberang jalan. Cantika pun langsung menghentikan sepedanya. Ia berlari untuk menyelamatkan Bu Maulida.Â
"Brakkk...." suara mobil menabrak Cantika. Cantika terpental dan mata kanannya terkena batu tajam. Cantika pun langsung dilarikan ke rumah sakit Dr. Soeroto. Saat ini keadaannya kritis. Dokter Fahri mengabarkan bahwa Cantika mengalami kebutaan. Beberapa saat kemudian orang tua Cantika pun datang. Ibu Cantika yang bernama Bu Siti datang dengan marah-marah.Â
"Kamu harus bertanggung jawab. Karena kamu, anak saya menjadi seperti ini!" teriak Bu Siti kepada Bu Maulida.Â
"Saya juga tidak menginginkan semua ini terjadi," ucap Bu Maulida dengan nada sedih.Â
"Saya tidak peduli pokoknya kamu harus bertanggung jawab karena Cantika adalah anak emas di keluarga saya," bentak Bu Siti.
"Saya akan tanggung jawab. Beri saya waktu untuk mencari jalan keluar," ucap bu Maulida dengan kepala menunduk.Â
Bu Maulida bingung. Apa yang harus dia lakukan agar Cantika bisa pulih kembali. Satu jam kemudian, Bu Maulida pun akhirnya menemukan jalan keluar. Dia akan mendonorkan matanya untuk Cantika agar Cantika bisa melihat kembali indahnya dunia dan bisa mengikuti perlombaan tari tingkat internasional. Bu Maulida menyampaikan maksudnya kepada keluarga Cantika dan kepada adik Bu Maulida yang bernama Bu Chelsea bahwa dia akan mendonorkan matanya untuk Cantika. Bu Chelsea tidak menyetujuinya dan menolak mentah-mentah keinginan Bu Maulida yang akan mendonorkan matanya untuk Cantika.Â