"Tentu, Nak, dan Ayah cuma punya kamu." Kamu mengenggam tangan ayahmu yang hendak menyentuh wajahmu.
"Kalau begitu jangan tiada."
"Rim, jangan berlebihan sampai mengatakan hal seperti itu. Lagipula selain ayahmu, ada aku yang akan se
lalu ada buatmu. Aku janji!" Kamu mengangguk dan menyeka air matamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!