Kutunggui cucian Gaza hingga timer kuceknya berhenti. Kubuang juga sisa airnya. Lantas menyusul ke meja makan yang ternyata sarapan sudah selesai. Oke, gantian aku yang makan.
Menikmati telo/singkong goreng hangat yang sepertinya belum tersentuh. Karena semua sudah makan pagi kecuali aku. Enak-batinku.
"Mangan ki yo sego kono lho" ucap ibuk Niha setengah aku makan beberapa potong.
Aku respon dengan segera ambil piring dan mencentong nasi hangat. Ketika kulihat lauk, di sana ada piring putih dengan 2 potong ayam (1nya sudah tinggal tulang) berlumpur sambal geprek. Masih tersisa dan sangat pedas.
"Oh, aku memang gak jago buat sambel, sih" makanya mungkin karena itu ibuk bohong tidak membuat sambel ketika awal tadi kutanya.
Sarapan-selesai. Masih nyemil-nyemil. Dari pintu penghubung dapur dan ruang tamu, ibuk Niha muncul "Gaza mana?"
Agak kaget (karena tidak lagi terdengar ada nada marah ke aku seperti percakapan sebelum-sebelumnya) "masuk kok" jawabku dengan suka cita.
"Gaza.. Gaza..." Ternyata Gaza diajarkan mandiri. Walaupun cuci baju sudah pakai mesin. Menjemurnya harus dengan tangan sendiri. Tidak perlu minta bantuan, sekalipun itu mamak.
Aku pamit 1 jam ke depan pakai motor untuk les.Â
Ternyata aku pulang 2 jam setelahnya. Quality time with studentsÂ
"Oh, aman, motornya belum akan dipakai"