Harusnya sih, gitu ya. Tapi balik *they're my majesty ~ junjunganku. Suri tauladan yang (ternyata sejak kecil) jadi panutan. Idola.Â
Kalimat-kalimat mereka menggema dan jadi mantra di otak dan jiwa.
Bukan menuntut afirmasi positif sepanjang waktu juga~ aku sadar, memang tingkah polahku saat ini sangat mudah memicu kejengkelan.
Kamar tidur yang tidak pernah bisa rapi, baju tergantung begitu banyak, bangun tidur yang selalu harus diobrak-obrak, gak bisa masak, sekalinya di dapur lamaaaaaa-hasil masakan sampah, sholat di ujung waktu, manajemen waktu yang (aku pikir bisa kulakukan semua) sok paling sibuk banget sihhh.
Hari ini (Sabtu, 14/09/24) sudah menjadi hari yang melelahkan untuk ibuk Niha (bibi-adik bungsu ibuk. Yang sekarang lebih besar respectku ke beliau daripada ibuku sendiri)
Pagi ini aku memang tidak perlu di'omelin' dulu untuk bangun. Aku bangun karena dengar suara keras beliau membangunkan Gaza(putranya yg sedang libur singkat dari ponpes)
Bangun, cuci wajah, hendak masak, tak tahu rencana ibu Niha. Tunggu.
Kenapa gak inisiatif masak? "Aku lelet" dan siapa yang mau tanggung jawab atas bahan makanan yang sia-sia aku olah? Astaghfirullah mubazirr
Melewati baju Gaza yang sedang diputar di mesin cuci. Aku keluar ke pintu belakang untuk olahraga naik turun tangga di ruang sedang antara rumah Gaza & tetangga.Â
"Aku gak ngapa-ngapain kalau di belakang" "gak gerak" "sama aja boong"
I do some exercises without she knowsÂ