Wah, Pak Agus benar-benar bisa membaca pikiranku. Gawat! Apa aku lari saja? Tapi kan aku bawa sepeda?
"Kamu Danang, kan? Kemarin saudaramu si Dika memang datang ke sini. Bapak tahu kalian kembar karena dulu mamamu sering memesan buku tentang parenting dan menu MPASI bayi. Beliau yang cerita kalau mengurus bayi kembar agak repot. Apalagi sambil mengasuh Kak Susi yang saat itu masih balita."
Ooh, rupanya mama sudah kenal dengan Pak Agus. Mengapa beliau tidak pernah bilang ya? Namun bagaimana dengan Clara?
"Beberapa hari lalu ada satu gadis yang datang. Dia mencari komik Donal Bebek. Bapak tahu karena di tasnya ada gantungan bergambar Donald Duck. Tebak-tebak buah dondong eh maksudnya bapak bisa menebak apa yang akan dibelinya."
Ooh, rupanya Pak Agus bisa menganalisis juga. Semestinya beliau juga jadi detektif swasta. Bukan hanya berjualan di toko buku tua ini.
Aku pun permisi lalu mencantolkan tas plastik di stang sepeda. Minggu depan Dika akan kuajak ke toko buku Pak Agus, agar dia bisa memilih komik sendiri. Benar-benar tidak ada misteri di sana.
Tanpa kuketahui, Pak Agus tersenyum. Dia menatapku diam-diam. Sambil menebak berapa bungkus batagor dan es doger yang akan kubeli.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H