Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Larasati Menjadi Drupadi

5 Januari 2023   14:11 Diperbarui: 5 Januari 2023   14:53 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wow, kupikir dunia belum serusak ini, dan kalau beranda otakku sedang kedatangan malaikat, aku seringkali merasa menjadi pendosa yang mengotori dunia, tapi ternyata dunia ini sendiri penuh pendosa."

---

Mbak Laras tersenyum setelah mendengar deskripsiku yang agak panjang lebar tentang tokoh wayang feminis di tangannya. Ia lalu mengamati Drupadi, menggerak-gerakkan tangannya seperti ingin menghidupkannya selayaknya dalang.

"Jadi seperti itu sebenarnya Drupadi?" tanya Mbak Laras.

"Tepatnya seperti Mbak Laras sendiri," jawabku.

Mbak Laras tersenyum, "jadi, aku adalah Drupadi di kehidupan nyata?"

"Kalau tidak keberatan."

"Aku tidak keberatan," kata Mbak Laras sambil tetap fokus menatap Drupadi di tangannya, "aku memang memiliki kesamaan dengan Drupadi kan?"

Aku mengangkat bahuku.

"Ada beberapa lelaki dan semuanya memiliki cintaku, mereka penting bagiku. Enam orang,, satu orang lebih banyak dari Drupadi malah," Mbak Laras tersenyum, "tujuh kalau kau siap untuk menjadi bagian dari petualanganku."

Aku tertawa kecil, "aku menjadi petualangan Mbak Laras, atau Mbak Laras yang menjadi petualanganku?"

"Apa pun," kata Mbak Laras, "tak menjadi masalah bagiku. Toh rasanya sama saja."

Mbak Laras tertawa kecil lagi. Wajahnya terlalu teduh untuk menjadi seorang Drupadi, perempuan dengan banyak ikatan cinta dan dengan penuh kesadaran begitu menikmatinya. Tapi kau memang tak akan pernah tahu siapa sebenarnya yang berada di belakang seraut wajah.

"Kalau begitu aku cukup beruntung tak terlahir sebagai suami pertamamu Mbak."

"Kenapa memangnya?"

"Mbak Laras sendiri kan yang bilang dalam lingkaran itu hanya suami pertamamu yang tak menyadari siapa Mbak Laras."

Mbak Laras tertawa lagi.

"Apa istrimu tahu kau berpetualang di belakangnya?"

"Dia tahu."

"Benarkah?"

"Ya."

"Kalau benar begitu, bagaimana bisa damai-damai saja?"

"Karena dia juga memiliki petualangannya sendiri."

"Wow, kupikir dunia belum serusak ini, dan kalau beranda otakku sedang kedatangan malaikat, aku seringkali merasa menjadi pendosa yang mengotori dunia, tapi ternyata dunia ini sendiri penuh pendosa."

"Harusnya Mbak Laras tidak terkejut. Selalu ada yang lebih gila ketika kita sudah merasa paling gila."

"Siapa tepatnya yang lebih dulu bertualang? Kau, atau istrimu?"

"Kurasa dia lebih dulu." kataku.

"Ah, jangan mencoba terlihat sebagai korban kau sedang bicara dengan seorang Drupadi, lagipula kau seorang dalang, tak ada dalang yang tak terobsesi menjadi Arjuna."

"Ya, di malam sebelum hari pernikahan kami, dia membuat janji sendiri dengan pacar rahasianya, aku membututinya sehingga aku tahu semuanya. Lalu pada malam pertama aku berhasil membuatnya mengakui. Tapi aku meyakinkan dia bahwa aku tak mempermasalahkan hal itu karena dia mengakui."

"Jadi, karena dia mengakui maka kau biarkan ia dengan petualangannya?"

"Bagiku ketidaknyamanan adalah ketika aku tahu istriku menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi jika ia berterus terang aku tak menjadikannya masalah. Aku menganggapnya wajar jika ia suka melihat ketampanan lelaki dan berkhayal, karena aku juga begitu. Setiap melihat Mbak Laras aku juga tergoda, dan membayangkan andai aku bisa tidur denganmu."

Mbak Laras tertawa lepas.

"Aku tahu sekarang, kenapa aku selalu bertemu dengan orang gila dan merasa nyaman. Itu karena aku gila. Orang gila sulit menemukan kecocokan bergaul dengan orang waras."

"Itulah kenapa aku merasa beruntung tak terlahir sebagai suami pertamamu. Aku akan marah sekali kalau istriku ternyata memiliki petualangan gila dan menyembunyikannya selama, berapa tahun kalian pacaran dan lalu menikah?"

"Lima belas tahun!"

"Wah, aku tak bisa membayangkannya."

"Kenapa kau jadi memikirkan suami pertamaku?"

"Sulit saja membayangkan suatu hari akhirmya terungkap bahwa istriku memiliki 5 suami lain setelah lima belas tahun ia menyembunyikannya. Kalau sekedar bertualang bebas mungkin masih bisa dimengerti, tapi punya ikatan perkawinan lain? Wah, wah..."

"Itu membuktikan bahwa bukan kalian saja para lelaki yang bisa memiliki banyak ikatan perkawinan. Perempuan juga bisa kalau dia mau."

"Jangan kau bilang suamimu..."

"Ia punya empat ikatan perkawinan dan berlindung di balik kitab, maka aku membalasnya dengan menyimpan enam ikatan perkawinan yang kulakukan dengan sadar dan penuh cinta. Aku melakukannya demi kepuasanku sendiri, demi menghibur hatiku yang sakit, bukan demi omong kosong."

Aku diam, kepalaku terasa pening. Dunia ini terasa kusut. Apa yang terjadi selalu akibat dari apa yang terjadi sebelumnya dan terus tumpang tindih saling meningkah menjadi rentetan kehidupan yang begitu hidup.

"Bagaimana kalau suatu hari semuanya terbongkar?"

"Aku selalu siap kapan pun akan terbongkar."

"Kalau begitu kenapa Mbak Laras menyembunyikannya?"

"Seperti katamu Pak Dalang, kalau semakin lama terungkapnya, maka sakitnya akan lebih terasa. Aku ingin ia merasakan itu, maka kusembunyikan agar jangan keburu terungkap."

Mbak Laras tersenyum. Aku ikut tersenyum karena sekarang aku jadi kagum padanya. Bukan lagi karena ia begitu menggoda untuk ditiduri, tapi keberaniannya menjadi Drupadi.

Apa pun alasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun