Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ich bin ein Berliner

30 Mei 2016   12:16 Diperbarui: 31 Mei 2016   21:01 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. hdwallpaper.com

“Ya...”

“Kau memaafkannya, bu?”

“Ia melakukan kesalahan besar, tapi ia juga sungguh-sungguh memperbaikinya. Kau tak bisa menghadiahi ia dengan yang lain kecuali maaf.”

“Kau juga mencintainya?”

Helene memandang Berta.

“Cintaku untuk ayahmu masih terjaga sampai saat ini. Karl membangun sendiri ruang dalam hatiku dengan susah payah. Aku tak pernah ingin memasukinya, sampai kemudian aku sadar bahwa semua ini adalah takdir. Aku memberinya hadiah ciuman ketika ia merayakan ulang tahunnya yang ke 50, dan sejak saat itu aku mengijinkannya tidur bersamaku. Aku harus merawatnya setelah bertahun-tahun ia bekerja keras untukku dan memberi kehidupan yang jauh lebih baik. Aku juga meminta maaf padanya karena memberinya kehidupan yang penuh tekanan.”

“Kau pernah mengucapkan cintamu padanya?”

“Ya, di ulang tahun dia yang ke 50.”

“Baiklah, bu. Selama ini aku hanya tahu bahwa Karl, ayah tiriku itu, sangat baik dan murah hati. Ceritamu tadi sempat membuatku kecewa padanya, tapi ketika semuanya kau ceritakan, aku memutuskan untuk tetap menghormatinya dan mengenangnya dengan bangga. Ia pernah melakukan sebuah kesalahan besar, tapi ia sungguh-sungguh memperbaikinya dan berhasil. Sekarang, tunjukkan tempat di mana kau bersembunyi dulu dan bagian tembok yang kau naiki, aku ingin menemui ayahku,” kata Berta.

“Aku tak yakin apakah tempat itu masih bisa kukenali,” sahut Helene, “dan tempatnya agak jauh dari sini.”

“Setidaknya sekali dalam hidupku, aku melihat tempat di mana ayahku pernah berada,” ujar Berta. Ia tahu, membiarkan seorang wanita tua berumur 64 tahun berjalan agak jauh bukanlah ide bagus, tapi ibunya sangat bersemangat dan terlihat lega setelah semua yang dirahasiakan dalam hidupnya dan menjadi beban telah ia ungkapkan padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun