Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kencan

27 Mei 2016   12:59 Diperbarui: 27 Mei 2016   13:56 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dinda menggeleng, “minggu depan kita ada waktu.”

Minggu depan? Itu lama sekali. Mungkin aku sudah lupa jalan menuju rumahmu. Ah, Dinda, bagaimana kau bisa hidup dengan ayah ibumu yang kaku seperti itu?

Oh, seharusnya aku langsung mengajaknya makan, bukan nonton film yang menghabiskan sekian banyak waktu. Bodohnya aku.

“Tak bisakah kita...?”

“Antarkan saja aku pulang, itu lebih baik dari makan malam di mana pun,” kata Dinda.

“Kita hanya makan, Din. Jika terlambat sedikit saja tak akan menjadi masalah. Kamu dalam keadaan yang sama seperti ketika pergi.”

“Soal kepercayaan jangan coba dipermainkan. Jika tak berhasil dalam tes pertamanya, kita tak akan bisa bersama lagi sejak malam ini,” kata Dinda.

Aku tak bisa memaksa lagi. Mengantar Dinda pulang sebelum jam sembilan mungkin memang lebih baik, meski aku sudah menyiapkan makan malam romantis bersamanya.

------

Jam 20.48.

Dinda dipeluk ibunya dengan sangat erat ketika tiba kembali di teras rumahnya. Ibunya terlihat lega, namun senyumnya masih tetap sama untukku, datar. Sungguh berlebihan tingkah mereka, seakan aku baru saja menculik putrinya selama berbulan-bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun