“Bukankah kau bisa menjual lukisan itu nanti dengan harga yang berlipat-lipat dari yang kau keluarkan untuk naik gondolaku?” tanya Luigi.
“Kau benar. Tapi uangku tinggal tersisa untuk perjalanan pulangku kembali ke Paris. Aku akan melukisnya saja dari sini.”
Luigi diam. Turis itu meletakkan tas bawaannya di lantai dan mulai berjongkok untuk membukanya. Dari dalam tas itu ia mengeluarkan bermacam peralatan melukis. Cat, kuas, kanvas kosong, dan peralatan untuk membentang kanvas.
“Kau bilang sudah melukis semua tempat bagus di Venice?” tanya Luigi pada si turis.
“Ya, benar.”
“Boleh aku melihatnya?”
Si turis melihat Luigi sejenak, lalu ia membuka bagian lain dari tasnya dan mengeluarkan gulungan kanvas yang sepertinya sudah ada lukisannya. Kepada Luigi, si turis itu membuka satu gulungan dan Luigi melihat Piazza San Marco dalam lukisan si turis Perancis itu.
“Wah, ini bagus sekali. Ini terlalu hebat untuk dilakukan oleh seorang pelukis jalanan,” kata Luigi kagum.
“Aku memang hanya pelukis jalanan dan aku mengandalkan hidupku pada para turis yang ingin diri mereka dilukis dengan latar belakang Kota Paris.”
“Berapa kau memasang tarif melukis itu pada mereka?”
“30 Euro.”