“Hanya itu saja?” tanyaku.
“Kau mau menuliskan bagaimana caramu mengembalikan uangku dengan gamblang di kertas ini?” tanyanya sambil tertawa.
------
Lelaki bau busuk itu datang lagi tiga bulan setelah rumahku berubah dari gubuk menjadi rumah sebenarnya.
“Cepat sekali?” aku sedikit protes, “takut tak lunas dalam tiga tahun?”
“Aku hanya ingin memberitahu satu hal kalau aku berubah pikiran,” katanya.
“Maksudmu?”
“Belakangan ini usahaku banyak yang sepi dan aku harus menggunakan simpananku sebagai cadangan modal. Aku tidak jadi menerima cara pembayaran yang seperti dulu.”
Aku merasa lemas. Uang darinya sudah kugunakan membangun kembali rumah reyot berisi hutang peninggalan suamiku.
Belakangan tamu-tamuku semakin banyak, tapi tadinya aku berharap aku akan mengumpulkan uang dengan cepat karena aku tak perlu membayar lelaki bau busuk itu dengan uang. Cukup hanya dengan tidur dua kali seminggu dengannya.
Sekarang bayang-bayang itu hilang.