Lalu suara hati kecilku pun segera menguap ketika kudapati puluhan lembar berwarna merah di dalam amplop. Aku seperti melihat jalan terang terbentang di depanku.
“Aku yang terlalu picik,” gumamku lagi, “maka dunia menjadi gelap dan pekat. Ternyata terang benderang saja jika mau membuka diri sedikit saja.”
Aku merasa geli.
“Prinsip. Tak ada yang menerima prinsip sebagai alat tukar pembayaran. Hanya uang, hanya uang,” gumamku lagi.
------
“Apa yang akan kau lakukan dengan uang itu?” tanya lelaki bau busuk padaku ketika aku datang.
“Kau tahu rumahku kan?” tanyaku.
Lelaki bau busuk itu tertawa.
“Ya, ya,” katanya sambil tampak berpikir. Sebentar kemudian ia tampak manggut-manggut dan bangkit meninggalkanku untuk masuk ke ruangan dalam di rumahnya.
Ia keluar lagi dengan setumpuk uang dan selembar kertas.
“Apa yang tidak untukmu?” katanya dengan senyum lebar, “kau cukup bisa dipercaya, dan itu sudah terbukti.”